SILOGISME
A.
PENDAHULUAN
Sejak manusia dilahirkan pada dasarnya sudah sepantasnya untuk
dilatih berpikir dengan jelas, tajam dan terang rumusannya, hal itu juga supaya
lebih tangkas dan kreatif. dengan demikian kita sebagai generasi penerus bangsa
perlu belajar berpikir tertib, jelas, serta tajam. Hal yang sangat penting juga
adalah belajar membuat deduksi yang berani dengan salah satu cara untuk
melahirkannya adalah silogisme. Hal ini diperlukan karena mengajarkan kita
untuk dapat melihat konsekuensi dari sesuatu pendirian atau pernyataan yang apa
bila di telaah lebih lanjut, sebenarnya pendirian atau pernyataan itu tadi self
- destructive.
Hidup bagi
manusia berarti rangkaian keputusan yang tiada henti-hentinya. Keputusan itu
adakalanya dikatakan dalam bentuk bahasa, adakalanya dinyatakan dalam bentuk
tindakan dan adakalanya tinggal saja dalam batin manusia. Adapun keputusan
tersebut merupakan hasil dari silogisme, yaitu pengambilan kesimpulan dimana
kita menarik dua macam keputusan yang mengandung unsur bersamaan dan salah
satunya harus universal, suatu keputusan ketiga yang kebenarannya sama dengan
kebenaran yang ada pada kedua keputusan yang terdahulu itu.
Agar silogisme menjadi jalan pikiran yang lurus sehingga
mencapai kebenaran, maka silogisme harus tunduk
pada kebenaran ketentuan. Jika silogisme telah
mengikuti aturan-aturan ini maka ia akan menghasilkan kebenaran logis atau
kebenaran formal. Sedangkan kebenaran objektif atau
kebenaran material akan tercapai jika premis-premisnya telah dibuktikan kebenarannya.
B.
PEMBAHASAN
1.
Silogisme Kategorik
a.
Pengertian
Silogisme adalah proses penggabungan tiga
proposisi, dua menjadi dasar penyimpulan, satu menjadi kesimpulan. Menurut
Aristoteles silogisme adalah argument yang konklusinya diambil secara pasti
dari premis premis yang menyatakan permasalahan yang berlainan. proposisi
sebagai dasar kita mengambil kesimpulan bukanlah proposisi yang dapat kita
nyatakan dalam bentuk oposisi, melainkan proposisi yang mempunyai hubungan
independen. Bukan sembarang hubungan independen, melainkan mempunyai term
persamaan. Dua permasalahan data kita tarik daripadanya konklusi manakala
mempunyai term yang menghubungkan keduanya. Term ini adalah mata rantai yang
memungkinkan kita mengambil sintesis dari permasalahan yang ada. Tanpa term
persamaan itu maka konklusi tidak dapat kita tarik.
Selain itu untuk melahirkan konklusi harus
ada pangkalan umum tempat kita berpijak. Pangkalan umum ini kita hubungkan
dengan permasalahan yang lebih khusus melalui term yang ada pada
keduanya, maka lahirlah konklusi.
Silogisme kategorik adalah silogisme yang semua proposisinya
merupakan proposisi kategorik. Demi lahirnya konklusi pangkalan
umum tempat berpijak harus merupakan proposisi
universal. Sedangkan pangkalan khusus
tidak berarti bahwa proposisinya harus
particular atau singular, tetapi bisa berupa proposisi
universal tetapi ia diletakkan dibawah pangkalan umumnya. Satu pangkalan umum
dan satu pangkalan khusus dapat dihubungkan dengan berbagai cara, tetapi
hubungan itu harus diperhatikan kualitas dan kuantitasnya agar dapat mengambil
konklusi yang valid.
contoh:
Semua manusia tidak lepas dari kesalahan
Semua cendekiawan adalah manusia
Pangkalan
umumnya adalah proposisi pertama sebagai proposisi universal, ditandai dengan
kuantifier ‘’semua’’ menegaskan sifat yang berlaku bagi manusia secara
menyeluruh. pangkalan khususnya adalah proposisi kedua, meskipun merupakan
pernyataan universal tetapi berada dibawah aturan pernyataan pertama. sehingga
diperoleh kesimpulan:
Semua cendekiawan tidak lepas dari
kesalahan. Bila
pangkalan khususnya berupa pernyataan singular prosedur penyimpulannya juga sama,
contoh:
Semua mahasiswa adalah terdidik
Hasan adalah mahasiswa
kesimpulannya: Hasan adalah terdidik
Proposisi yang menjadi
pangkalan umum dan pangkalan khusus disebut premis, proposisi
yang dihasilkan dari sintesis kedua
premis disebut konklusi. Dan term yang menhubungkan kedua premis disebut middle term. Premis yang termnya
menjadi subyek pada konklusi disebut premis minor, premis yang termya
menjadi predikat pada konklusi disebut premis mayor.
Semua tanaman membutuhkan air (Premis mayor)
M P
Akasia adalah tanaman
(Premis minor)
S M
Akasia membutuhkan air (Konklusi)
S
P
S=
Subyek; P=Predikat; M=Middle term
b.
Hukum-hukum Silogisme Kategorik
1)
Apabila dalam satu premis partikular,
kesimpulan harus partikular juga, seperti:
Semua yang halal dimakan menyehatkan.
Sebagian makanan tidak menyehatkan
Sebagian makanan tidak menyehatkan
Sebagian makanan tidak halal
(kata “sebagian” menunjukan sifat
particular)
2)
Apabila satu premis negative, kesimpulan harus
negative, seperti:
Semua mahasiswa terdidik
Sebagian manusia tidak terdidik
Sebagian manusia bukan mahasiswa
3)
Dari dua premis yang sama sama partikular tidak sah
diambil kesimpulan. Contoh:
Beberapa orang kaya adalah kikir
Beberapa pedagang adalah kaya
Beberapa pedagang adalah kikir
Kesimpulan yang diturunkan dari premis yang
sama sama patikular tisdak pernah menghasilkan kebenaran yang pasti.
4)
Dua premis yang sama sama negative tidak menghasilkan
kesimpulan apapun, kesimpulan dapat diambil bila salah satu premisnya positif.
Kesimpulan yang ditarik dari dua premis negatif tidak sah. Contoh:
Kucing bukan ayam
Bebek bukan ayam
(tidak ada kesimpulan)
5)
Salah satu term penengah harus tertebar (mencakup). Diantaranya
proposisi dalam bentuk A=universal positif, E=Universal negative, O=particular
negative. Jika tidak merupakan salah satunya, maka kesimpulan yang dihasilkan
adalah salah seperti contoh:
Semua ikan berdarah dingin
Binatang ini berdarah dingin
Binatang ini adalah ikan (bisa saja selain ikan, seperti; hewan
melata)
6)
Term predikat dalam kesimpulan harus konsisten pada term
predikat yang ada pada premisnya. Cotoh:
Kerbau adalah binatang
Kambing bukan binatang
Kambing bukan binatang (Binatang pada konklusi merupakan term
negative, sedangkan pada premis adalah term positive)
7)
Term penengah harus bermakna sama, baik dalam premis
mayor maupun premis minor. Jika tidak maka kesimpulan akan salah seperti, contoh:
Bulan itu bersinar di langit
Januari adalah bulan
Januari adalah bulan (salah)
8)
Silogisme harus terdiri dari 3 term, term subyek, term
predikat dan term middle.
c.
Absah dan benar
Absah (valid) berkaitan dengan prosedur penyimpulannya,
apakah pengambilan konklusi sesuai patokan atau tidak. Benar berkaitan dengan
proposisi dalam silogisme itu, apakah ia di dukung fakta atau tidak, jika
sesuai fakta ia benar, jika tidak, ia salah.
Hanya konklusi dari premis yang benar dan
prosedur yang valid itu dapat diakui. Bisa jadi dari premis salah prosedur
valid menghasilkan konklusi benar, dan bisa juga premis salah prosedur invalid
konklusi benar. Konklusi silogisme hanya bernilai jika diturunkan dari premis
yang benar dan prsedur yang valid. Dalam silogisme kita tidak dapat
menghadirkan kebenaran baru, tetapi kebenaran yang sudah terkandung didalam
premis premisnya. Maka suatu silogisme akan menurunkan konklusi yang dijamin
kebenarannya jika premisnya benar dan prosedurnya valid.
d.
Bentuk bentuk silogisme kategorik
Bentuk silogisme dibedakan atas letak medium (term penengah) dalam
premis. ada empat macam bentuk silogisme.
Dalam ilmu logika lambang lambang premis dinyatakan dalam bentuk berikut,
S = Subjek, M = Medium, P = Predikat.
1)
Figur I: sub pre prima, dinyatakan dengan lambang
M
|
P
|
S
|
M
|
S
|
P
|
Medium menjadi subjek pada premis mayor
dan menjadi predikat pada premis minor.
Ketentuan khusus bagi bentuk bentuk
dalam figure ini adalah:
a)
Premis mayor harus universal
b)
Premis minor harus afirmatif
Bentuk yang sah dari figure ini adalah: AAA, EAE, AII,
EIO
Contoh:
Semua yang dilarang Tuhan
mengandung bahaya. (A)
Mencuri adalah dilarang
Tuhan (I)
Jadi: Mencuri adalah mengandung bahaya (I)
2)
Figur II: pre pre secunda, dinyatakan dengan
lambang
P M
S M
S P
Medium menjadi predikat baik pada premis mayor maupun premis minor,
Ketentuan khusus bagi bentuk bentuk dalam figure ini adalah:
a)
Premis mayor harus universal.
b)
Premis minor kualitasnya harus berbeda dengan premis
mayornya.
Bentuk yang sah dari figur ini adalah: EAE, AEE, EIO, AOO.
Contoh:
Semua tumbuhan membutuhkan air(A)
Tidak satu pun benda mati membutuhkan air(O)
Jadi: Tidak satu pun benda mati adalah tumbuhan(O)
3)
Figur III: sub sub tertia, dinyatakan dengan
lambang
M
P
M
S
S
P
Medium menjadi subjek pada premis mayor
maupun premis minor. Peraturan khususnya adalah:
a) Premis minor harus afirmatif.
b) Konklusi harus particular.
Bentuk yang sah dari figure ini adalah:
AAI, AII, IAI, EAO, OAO, EIO, Contoh:
Semua politikus adalah pandai berbicara(A)
Beberapa politikus adalah sarjana(I)
Jadi,Sebagian sarjana adalah pandai
berbicara(I)
4)
Figur IV, pre sub quarta, dinyatakan dengan lambang
P M
M S
S P
Medium menjadi predikat pada premis mayor
dan menjadi subjek pada premis minor,
Peraturan khususnya adalah:
a) Bila premis mayornya afirmatif, premis
minor harus universal.
b) Apabila premis minor negative, maka premis
mayor harus universal.
Bentuk yang sah dari figur ini adalah: AAI,
AEE, IAI, EAO, EIO.Contoh:
Semua pendidik adalah manusia(A)
Semua manusia akan mati (A)
Sebagian yang akan mati adalah pendidik.(I)
e.
Silogisme Bukan Bentuk Baku
Disebut sebagai silogisme bukan bentuk baku karena mempunyai kelainan dari bentuk
standar, yang dapat terjadi karena;
1)
Tidak menentu letak konklusinya, seperti: Hanako
pasti rajin (konklusi) karena ia adalah teknisi jepang (premis
minor) dan semua teknisi jepang adalah rajin (premis mayor).
2)
Apabila term tambahan hanya merupakan pembuktian atau
penegasan proposisinya, seperti:
a)
Semua pahlawan adalah agung karena ia mau berkorban
untuk kepentingan umum.
b)
Diponegoro adalah pahlawan.
c)
Diponegoro adalah agung.
3)
Proposisinya kurang dari tiga.
Silogisme kategorik yang tidak dinyatakan
salah satu proposisinya disebut Entimem. Ada tiga macam bentuk entimem, yaitu:
a)
Entimem yang premis mayornya tidak dinyatakan, contoh:
Ini salah, jadi harus diperbaiki, bentuk
standarnya adalah:
Semua yang salah harus diperbaiki, ini
salah, jadi: ini harus diperbaiki.
b)
Entimem yang premis minornya tidak dinyatakan, contoh:
Ia berhak bersuara, karena semua anggota
MPR berhak bersuara, bentuk standarnya adalah:
Semua anggota MPR berhak bersuara, Ia
anggota MPR, Jadi: Ia berhak bersuara.
c)
Entimem yang konklusinya tidak dinyatakan, contoh:
Semua profesor luas pengetahuannya dan ia seorang
profesor, bentuk standarnya adalah:
Semua profesor luas pengetahuannya, Ia
adalah seorang profesor, jadi: Ia luas pengetahuannya.
Mengkaji absah tidaknya argument
entimem kita perlu menyatakan dahulu
proposisi yang tersembunyi, kemudian kita terapkan patokan yang ada, absah atau
tidak.
Berikut ini adalah contoh cara pengujian ke
absahan entimem:
“Semua anjing adalah taat maka sebagian
mahluk yang galak adalah taat”
Konklusi dari pernyataan diatas adalah “sebagian mahluk yang galak adalah taat”. Term
“mahluk yang galak” sebagai subyek dari konklusi tidak terdapat pada premis,
jadi dapat diketahui yang disembunyikan disini adalah premis minor. proposisi “semua anjing adalah taat” tentu premis mayor. Term “taat” pada premis mayor menjadi konklusi, jadi tentu
bukan bagian dari premis minor. Dengan melihat term subyek pada premis mayor,
maka dapat kita temukan premis minornya, yaitu “sebagian anjing adalah mahluk
yang galak”. Jadi bentuk standarnya adalah:
Semua anjing adalah taat.
Sebagian anjing adalah mahluk yang galak.
Jadi:
Sebagian mahluk yang galak adalah taat.
Memperhatikan patokan silogisme, ternyata
argument tersebut adalah sah.
4)
Proposisinya lebih dari tiga
Argumen yang terdiri dari serangkaian
silogisme kategorik disebut sorite, konklusi silogisme pertama menjadi premis
pada silogisme selanjutnya, dan seterusnya. contoh:
Semua wanita berambut pirang adalah wanita cantik.
Sebagian guru adalah perempuan berambut pirang.
Jadi, Sebgian guru adalah wanita cantik.
Semua guru adalah manusia terdidik.
Jadi sebagian manusia terdidik adalah wanita cantik.
Kadang kadang sorite tidak hanya tersusun
dari dua silogisme kategorik, tetapi lebih, contoh:
Ini kayu
Tiap kayu adalah tumbuhan
Jadi ini adalah tumbuhan
Tiap tetumbuhan bertumbuh
Jadi ini bertumbuh
Setiap yang bertumbuh membutuhkan makanan
Jadi ini membutuhkan makanan
Semua yang membutuhkan makanan tidak abadi
Jadi ini tidak abadi
Pada sorite yang tidak dinyatakan beberapa
proposisinya, predikat proposisi pertama selalu menjadi subjek pada proposisi selanjutnya. Pada sorite jenis ini, predikat
proposisi yang lebih awal harus dituliskan keseluruhan termnya, tidak boleh
dipotong, karena akan menimbulkan kekeliruan. seperti:
Manusia makan daging ayam.
Ayam makan kotoran.
Jadi, Manusia makan kotoran
Predikat pada proposisi pertama adalah
“memakan daging ayam” tetapi hanya ditulis “ayam” saja. Dan konklusi yang
dihasilkan adalah konklusi yang salah.
2.
Silogisme Hipotetik
a.
Pengertian
Silogisme hipotetik adalah argument yang
premis mayornya berupa proposisi hipotetik, sedangkan premis minornya adalah
proposisi kategorik yang menetapkan atau mengingkari term antecedent atau
konsekuen premis mayornya.
Pada silogisme hipotetik term konklusi
semuanya dikandung oleh premis mayornya, mungkin bagian antenceden mungkin juga
bagian konsekuensinya. Tergantung oleh bagian yang diakui atau di pungkiri dari
premis minornya. Kita menggunakan istilah premis mayor dan premis minor
hanyalah merupakan analog, bukan karena ia mengandung term mayor atau term
minor, tetapi lebih pada sifat umum dan khususnya.
Ada empat macam silogisme hipotetik:
1)
Silogisme yang premis minornya mengakui bagian
antecedent, seperti:
Jika hujan, saya naik becak.
Sekarang hujan.
Jadi saya naik becak
2)
Silogisme hipotetik yang premis minornya mengakui
bagian konsekuennya, seperti:
Bila hujan, bumi akan basah.
Sekarang bumi telah basah.
Jadi hujan telah turun.
3)
Silogisme yang premis minornya mengingkari
antencedent, seperti:
Jika politik pemerintahan dilaksanakan
dengan paksa, maka kegelisahan akan timbul.
Politik pemerintahan tidak dilaksanakan
dengan paksa.
Jadi kegelisahan tidak akan timbul.
4) Silogisme hipotetik yang premis minornya
mengingkari bagian konsekuennya, seperti:
Bila mahasiswa turun ke jalanan, pihak
penguasa akan gelisah.
Pihak penguasa tidak gelisah.
Jadi mahasiswa tidak turun ke jalan.
b. Hukum-hukum silogisme hipotetik
Bila antecedent dilambangkan dengan A dan
konsekuen dengan B, jadwal hukum
silogisme hipotetik adalah:
1) Bila A terlaksana maka B juga terlaksana
2) Bila A tidak terlaksana maka B tidak
terlaksana (tidak sah = salah)
3) Bila B terlaksana, maka A terlaksana (tidak
sah = salah)
4) Bila B tidak terlaksana maka A tidak
terlaksana
Kebenaran
hukum di atas menjadi jelas dengan penyelidikan berikut:
Bila terjadi peperangan harga bahan makanan
membumbung tinggi.
Peperangan terjadi.
Jadi harga bahan makanan membumbung tinggi.
Ini sesuai dengan hukum pertama, jadi
benar.
Bila terjadi peperangan
harga bahan makanan membumbung tinggi.
Peperangan tidak terjadi.
Jadi, harga bahan makanan tidak membumbung
tinggi.
Ini sesuai dengan hukum ke dua. Pecahnya peperangan
bukan satu satunya sebab naiknya harga bahan makanan. Bisa jadi karena sebab
lain. Jadi ini tidak sah.
Bila peperangan terjadi maka harga bahan makanan membumbung tinggi.
Harga bahan makanan membumbung tinggi.
Jadi, peperangan terjadi.
Ini sesuai dengan hukum ke tiga.
Membumbungnya harga makanan tidak hanya disebabkan oleh terjadinya peperangan,
mungkin oleh sebab lain. Jadi ini tidak sah.
Bila peperangan terjadi maka harga bahan
makanan membumbung tinggi.
Harga bahan makanan tidak membumbung
tinggi.
Peperangan tidak terjadi.
Ini sesuai dengan hukum yang ke empat. Bila harga makanan tidak membumbung tinggi
berarti tidak ada sebab yang mendahuluinya, termasuk peperangan yang menjadi
salah satu sebabnya. Jadi, ini sah.
3. Silogisme Disjungtif
Silogisme disjungtif adalah silogisme
yang premis mayornya keputusan disjungtif, dan premis minornya keputusan
kategorik yang mengakui atau mengingkari salah satu alternative yang disebut
oleh premis mayor (premis mayor dan
premis minor hanya merupakan analog).
Silogisme ada dua macam:
a. Silogisme disjungtif dalam arti sempit,
yaitu yang prmis mayornya mempunyai alternative kontradiktif, seperti:
Ia lulus atau tidak lulus.
Ia lulus.
Ia bukan tidak lulus.
b. Silogisme disjungtif dalam arti luas, yaitu
yang premis mayornya mempunyai alternatif bukan kontradiktif, seperti:
Hasan di rumah atau di pasar.
Hasan tidak dirumah.
Hasan di pasar.
Keduanya diatas mempunyai dua tipe yaitu:
a. Premis minornya mengingkari salah satu
alternative, konklusinya mengakui alternative yang lain, seperti:
Ia berada diluar atau didalam.
Ternyata tidak berada di luar.
Jadi ia berada didalam.
b. Premis minornya mengakui salah satu
alternative, konklusinya mengingkari alternative yang lain, seperti:
Budi di masjid atau di sekolah
Ia berada di masjid.
Jadi ia tidak berada di sekolah.
Hukum hukum silogisme disjungtif
a. Silogisme disjungtif dalam arti sempit
konklusi yang dihasilkan selalu benar, apabila prosedur penyimpulannya valid.
b. Silogisme disjungtif dalam arti luas, kebenaran
konklusinya adalah sebagai berikut:
1) Bila premis minor mengakui salah satu
alternative, maka konklusinya sah (benar).
2) Bila premis minor mengingkari salah satu
alternative, konklusinya tidak sah (salah).
4. Dilema
a. Pengertian
Menurut Mundiri
dalam bukunya yang berjudul “logika” ia mengartikan dilema adalah
argumentasi, bentuknya merupakan campuran antara
silogisme hipotetik dan silogisme disyungtif. Hal ini terjadi karena premis
mayornya terdiri dari dua proposisi hipotetik dan premis minornya satu
proposisi disjungtif. Konklusinya, berupa proposisi disyungtif, tetapi bisa
proposisi kategorika. Dalam dilema, terkandung konsekuensi yang kedua
kemungkinannya sama berat. Adapun konklusi yang diambil selalu tidak
menyenangkan. Dalam debat, dilema dipergunakan sebagai alat pemojok, sehingga
alternatif apapun yang dipilih, lawan bicara selalu dalam situasi tidak
menyenangkan .
Suatu contoh klasik tentang dilema adalah ucapan seorang ibu
yang membujuk anaknya agar tidak terjun dalam dunia politik, sebagai berikut:
§ Jika engkau berbuat adil manusia akan
membencimu. Jika engkau berbuat tidak adil tuhan akan membencimu. Sedangkan
engkau harus bersikap adil atau tidak adil. Berbuat adil ataupun tidak engkau
akan dibenci.
§ Apabila para mahasiswa suka belajar, maka
motivasi menggiatkan belajar tidak berguna. Sedangkan bila mahasiswa malas
belajar motivasi itu tidak membawa hasil. Karena itu motivasi menggiatkan
belajar itu tidak bermanfaat atau tidak membawa hasil.
Pada kedua
contoh tersebut, konklusi berupa proposisi disjungtif, Contoh pertama adalah
dilemma bentuk baku, kedua bentuk non baku.
Sekarang kita
ambil contoh dilema yang konklusinya merupakan keputusan kategorika.
§ Jika Budi kalah dalam perkara ini, ia harus
membayarku berdasarkan keputusan pengadilan. Bila ia menang ia juga harus
membayarku berdasarkan perjanjian. Ia mungkin kalah dan mungkin pula menang.
Karena itu ia harus tetap harus membayar kepadaku.
§ Setiap orang yang saleh membutuhkan rahmat
supaya tekun dalam kebaikan.
Setiap pendusta
membutuhkan rahmat supaya dapat ditobatkan.
Dan setiap
manusia itu saleh atau pendusta.
Maka setiap
manusia membutuhkan rahmat.
b.
Aturan-aturan dilema dan Cara Mengatasi Dilema
1)
Aturan-aturan
dilema :
a)
Disjungsi harus
utuh. Masing - masing bagian harus betul - betul selesai, sehingga tidak ada kemungkinan lain. Apabila terdapat
kemungkinan lain, hal ini akan merupakan
jalan keluar. Tutuplah jalan keluar tersebut. Waspadalah untuk tidak
tergelincir kedalam sofisme, yakni pemikiran
yang nampaknya betul, tetapi sesungguhnya salah.
b)
Consequent haruslah sah disimpulkan dari
masing-masing bagian.
c)
Kesimpulan yang
ditarik dari masing-masing bagian,
haruslah merupakan satu satunya kesimpulan yang mungkin diambil. Jika tidak,
maka lawan kita akan sanggup mengambil kesimpulan yang berlawanan dengan
kesimpulan kita.
2)
Cara Mengatasi
Dilema
Ada beberpa
cara yang dapat kita pakai dalam mengatasi dilema yang kita hadapi.
a)
Dengan meneliti kausalitas premis mayor.
Sering benar terjadi dalam dilema terdapat hubungan kausalitas tidak benar yang
dinyatakan dalam premis mayornya. Dalam contoh diatas dikemukakan bahwa
motivasi peningkatan belajar tidak berguna atau tidak membawa hasil . konklusi
tidak benar, karena di tarik dari premis mayor yang mempuyai hubungan
kausalitas tidak benar. Tidak semua mahasiswa yang tidak suka belajar mempuyai
sebab yang sama. Dari sekian mahasiswa yang tidak suka belajar, bisa disebabkan
kurang kesadaran, sehingga motiovasi sangat berguna bagi mereka. Untuk
mengatasi dilemma model ini kita tinggal menyatakan bahwa premis tidak mempuyai
dasar kebenaran yang kuat.
b)
Dengan meneliti
alternative yang di kemukakan. Mengapa,
karena mungkin sekali alternative pada permasalahan yang ndiketegahkan tidak sekedar dinyatakan, tetapi
lebih dari itu. Pada masa lalu seorang pemimpin sering berkata: Pilihlah
Sukarno atau biarlah Negara ini hancur. Benarkan hanya Sukarno yang bisa
menyelamatkan Negara ini? Apakah tidak ada orang lain nyang bisa menggantinya?
Tentu saja ada, sehingga alternatifnya lebih dari dua.
c)
Dengan kontra dilema. Bila dilema yang kita hadapi
tidak mengandung kemungkinan, maka dapat kita atasi dengan mengemukakan dilema
tandingan. Banyak sekali dilema yang di hadapi orang kepada kita merupakan alat
pemojok yang sebenarnya tidak mempuyai kekuatan, maka dilema itu dapat
dinyatakan dalam bentuk lain yang mempuyai konklusi berlainan dengan penampilan
semula. Sebagai contoh adalah pendapat orang yang menyatakan bahwa hidup ini
adalah penderitaan, hendak memaksakan keyakinan itu dengan mengajukan dilema
kepada kita sebagai berikut:
Bila kita bekerja maka kita didak bisa
menyenangkan diri kita.
Bila kita tidak bekerja, kita tidak dapat uang.
Jadi bekerja
atau tidak bekerja, kita dalam keadaan tidak menyenangkan.
Dilema tersebut dapat kita jawab dengan kontra
dilema,
Bila kita bekerja, kita mendapat uang.
Bila kita tidak
bekerja kita dapat meyenangkan diri kita.
Jadi bekerja
atau tidak, selalu menyenangkan kita.
Bila dilema yang kita hadapi tidak mungkin kita
atasi dengan teknik diatas, maka jalan terakhir adalah memilih alternatif yang
paling ringan. Pada dasarnya tidak ada dilema yang menampilkan alternatif yang
benar- benar sama beratnya. Dalam dilema serupa dibawah ini kita hanya dapat
memilih alternative yang paling ringan. contoh:
Apabila tuan
masih tercatat sebagai pegawai negeri, maka tuan tidak bisa menduduki jabatan
tertinggi pada PT “ Buana Jaya “ ini. Untuk menduduki jabatan tinggi pada PT
ini maka anda harus rela melepaskan status tuan sebagai pegawai negeri.
Sementara itu anda berat melepas pekerjaan sebagai pegawai negeri, sedangkan
bila tidak menjabat pimpinan pendapatan anda di PT itu tetap sedikit.
C.
PENUTUP
Silogisme
adalah suatu cara untuk melahirkan deduksi. Silogisme mengajarkan pada kita
merumuskan, menggolong-golongkan
pikiran sehingga kita dapat melihat hubungannya dengan mudah. Dengan demikian
kita belajar berfikir tertib, jelas, tajam. Ini diperlukan karena mengajarkan
kita untuk dapat melihat akibat dari suatu pendirian atau penyataan yang telah
kita lontarkan. Banyak orang merumuskan
pendirian atau membuat pernyataan yang apabila ditelaah lebih lanjut,
sebenarnya pendirian atau pernyataannya tadi kurang tepat atau kurang
benar. Mungkin saja hal itu karena tidak
mau menghargai kebenaran dari suatu tradisi atau tidak dapat menilai kegunaan
yang besar dari sesuatu yang berasal dari masa lampau. Akan tetapi kita
generasi penerus, proses pemikiran kita menurut kenyataannya mengikuti pola
silogisme jauh lebih sering dari pada yang kita duga, dan dari proses tersebut
pemikiran kita lebih terbuka tertib dan jelas.
D. DAFTAR PUSTAKA
Mondiri H. Drs, Logika ( PT Raja Gravindo Persada Jakarta , 1994)
disusun oleh: Siti Imroatus Saidah
thank you for the useful article..
BalasHapus