Ilmu dan Dilalah
Nur Mukhlish Zakariya
|
KONSEP ILMU
• Ilmu sering disebut science dan
dibedakan dengan pengetahuan.
• Ilmu merupakan pengetahuan
tentang suatu bidang yang disusun secara bersistem menurut metode-metode
tertentu, yang dapat digunakan untuk menerangkan gejala-gejala tertentu di
bidang (pengetahuan) itu
• Menurut Prof. KH. M Taib Thahir Abd. Mu’in, ilmu adalah mengenal sesuatu yang belum dikenal.
|
• Menurut Muhammad Nur Al-Ibrahim
mengemukakan pengertian ilmu menurut ahli mantik sb : Pencapaian objek yang
belum diketahui dengan cara meyakini atau menduga keadaannya bisa sesuai
dengan realita atau sebaliknya.
• Ilmu pengetahuan merupakan cara
untuk menghasilkan dan menguji kebenaran pernyataan mengenai berbagai
peristiwa yang terjadi di dunia pengalaman manusia.
|
• Pengetahuan (knowledge)
adalah hasil dari aktifitas mengetahui, yakni tersingkapnya suatu kenyataan
ke dalam jiwa hingga tidak ada keraguan terhadapnya.
• “Ketidakraguan” merupakan
syarat mutlak bagi jiwa unt dpt dikatakan “mengetahui”. Contoh : Bilangan 3,
lebih kecil dari 5 dan lebih banyak dari 1.
• Pengetahuan (knowledge)
sudah puas dengan “menangkap tanpa ragu” kenyataan sst, sedang ilmu (science)
mengehendaki penjelasan lebh lanjut dari sekedar apa yang dituntut
pengetahuan (knowledge). Contoh : Ban pelampung yg terapung di air
|
Cara untuk menghasilkan dan
menguji kebenaran pernyataan empiris
• Otoriter, pencapai pengetahuan
yang berbobot (ketua adat, uskup, raja, dll).
• Mistik, sebagian dihubungkan
dengan cara otoriter seperti para wali, pelantara, dewa-dewa, dll. Otoriter
lebih berorientasi bagaimana sosial sedangkan mistik bersumber dari bribadi
pemakai.
• Logika Rasional, sejalan dengan
pemikiran sosial.
• Cara Ilmiah, menggabungkan
suatu kepercayaan terhadap akibat yang diamati.
• Ilmu menurut para pakar Mantiq,
adalah mengerti dengan yakin atau mendekati yakin (zhan) mengenai sesuatu
yang belum diketahui, baik paham itu sesuai dengan realita maupun tidak
|
Contoh: Ketika sinar cahaya
bulan yg samar”, kebetulan melihat bayang” hitam setinggi manusia.
• Pemahaman
bahwa bayang” itu adlah bayangan manusia dan anda yakin akan paham anda itu.
Kebetulan, ternyata bahwa bayang” itu adalah benar bayangan manusia.
Pemahaman anda itu merupakan lmu yg yakin dan sesuai dg realitas (ilmu
yaqini muthabiq lil-waqi’)
• Jika anda
mempunyai pengertian yang mendekati yakin (zhan) bahwa bayang” itu adlah
bayangan manusia. Kebetulan, ternyata bahwa bayang-bayang itu adalah benar
bayangan manusia, maka pengertian anda itu merupakan ilmu yg mendekati yakin
(zhan) dan sesuai dg realitas (ilmun zhanni muthabiq lil-waqi’).
|
Pembagian Ilmu Menurut Pakar
Mantiq
1.Tashawwur, yaitu memahami sst tanpa meletakkan sesuatu (sifat) yg lain kpdnya,
seperti memahami kata Husein, manusia, kerbau, rumah,
gunung dsb. Tashawwur juga bisa diartikan dengan mengetahui
hakikat-hakikat objek tunggal dengan tidak menyertakan penetapan kpdanya atau
meniadakan penetapan drinya
|
2.Tasdhiq, yaitu memahami hubungan antara dua kata, atau menempatkan sesuatu
(kata) atas sesuatu (kata) yang lain.
Ketika memahami Husein tanpa menetapkan sesuatu yang lain kepadanya
maka ilmu anda mengenai Husein itu Tashawwur. Tetapi, ketika
anda mengatakan Husein sakit, berarti anda memahaminya dengan
menetapkan (meletakkan) sakit kepada Husein. Pemahaman anda
pada waktu itu sudah berpindah dari Tashawwur kepada Tashdiq.
|
Pembagian Ilmu Tashawwur dan Tashdiq
1. Badihi
Pemahaman tentang
sst yg tidak memerlukan pikiran atau penalaran (sst yg unt mencapainya tanpa
memerlukan susah payah), seperti mengetahui diri merasa lapar karena
terlambat makan; mangetahui diri merasa dingin karena tidak memakai jaket, mengetahui
satu adlh setengah dari dua, dan semacamnya.
2. Nazhari
Pemahaman
(Ilmu) yg memerlukan pemikiran, penalaran atau pembahasan (diperoleh
pemahaman dg susah payah), seperti bumi berputar, tapi air di atasnya tdk
tumpah, teknologi radio, televisi, komputer dll. Demikian juga halnya dengan
ilmu pengetahuan tentang alam sebagai sst yg baharu yg harus ada penciptanya,
termasuk ilmu pngetahuan tentang alam kubur dan kebangkitan di hari akhirat.
|
LANDASAN DAN TOLOK UKUR
KLASSIFIKASI ILMU
• Para filosof
mengklassifikasikan ilmu seperti halnya klassifikasi filsafat yaitu: ilmu”
teoritis dan ilmu” praktis. Al-Farabi dlm ihsa al-ulum telah melakukan
klassifikasi ilmu sbb :
– Ilmu ketuhanan yg terdiri dari
3 : yg membahas semua wujud dan yg terkait dgnya, yg membahas tentang
prinsip” argumentasi (seperti ilmu mantik dan matematika), yg membahas semua
wujud yg tidak berupa benda” ataupun berada dlm benda”.
– Ilmu” praktis
seperti ilmu politik yg meneliti berbagai bentuk tindakan dan cara hidup,
ilmu fiqih yaitu ilmu yang membahas tentang penyimpulan syariat dan
pelaksanaanya, ilmu kalam yang menkaji tentang dasar” agama dlm hal teoritis
maupun praktisnya (Al-Farabi, Perincian Ilmu Pengetahuan, dalam
Nurcholish Madjid. Ed. Khazanah
Intelektual Islam. (Jakarta: Bulan Bintang, 1984), h.121-133.
|
Ibnu Khaldun membagi ilmu
scr umum menjadi dua bagian yaitu :
– Ilmu-ilmu naqli (al-ulum al-naqliyah).
ilmu-ilmu naqli diantaranya ilmu tafsir, ilmu qiraat, ilmu hadits, ushul
fiqh, fiqih, ilmu kalam, ilmu-ilmu bahasa (linguistic, gramatika, retorika,
sastra).
– Ilmu-ilmu aqli (al-ulum al-aqliyah).
Ilmu-ilmu aqli adalah ilmu hikmah dan filsafat, yang terdiri dari tujuh yaitu
: ilmu mantik (logika), ilmu alam, ilmu ketuhanan (metafisika), matematika
(arimatika, geometri, astronomi, dan musik). (Ibnu Khaldun, “Tentang
Ilmu Pengetahuan dan Berbagai Jenisnya, dalam Nurcholish Madjid (ed.) Khazanah Intelektual Islam. (Jakarta: BB, 1984), h. 310-326.
|
Klassifikasi Ilmu berdasarkan
konsepsi
1. Tashawwur (konsepsi) yaitu ilmu
yg bebas dari penilaian benar-salah. Tashawwur itu sendiri dibagi 4
bagian :
– Konsepsi yang
tidak memiliki relasi dan bersifat independen, seperti konsepsi tentang
manusia, hewan, dll.
– Konsepsi yang memiliki diferensia
(fashl), seperti : hewan rasional.
– Konsep yang
memiliki relasi perintah, seperti: pukullah, pergilah.
– Konsepsi yang
memiliki relasi berita, seperti : Zaid berdiri.
2. Tashdiqi adalah ilmu
yang didasarkan pada penilaian benar-salah. Contohnya : Ahmad adalah anak
pintar.
|
Pembagian Ilmu Tashawwur dan
Tashdiq
1. Dharuri (keharusan) atau badihi. Dharuri/badihi yaitu ilmu yang
didapat tanpa proses berpikir dan mengkonsepsi, melainkan langsung hadir pada
mental. Selanjutnya,
ilmu dharuri terdiri dari enam bagian :
– al-Awwaliah (permulaan) yaitu aksioma yang
diperoleh akal dengan selintas pikiran saja tanpa bentuan sesuatu yang
eksternal darinya, seperti : satu lebih kecil dari dua, ayah lebih tua dari
anaknya.
– al-Musyahadah batiniah (penyaksian batin) yaitu aksioma
yang didapat tanpa penilaian akal, melainkan dapat dirasakan batin.
Contohnya: lapar, haus, sedih, takut.
– al-Mahsusat (empirisme) yaitu aksioma yang
didapat berdasarkan penilaian akal dengan bantuan indera. Contohnya: api itu
panas; madu itu manis.
|
– al-Tajribiah (eksperimental) yaitu aksioma yg didapat karena telah dieksperimen
melalui percobaan dan pengalaman. Contohnya: air menguap jika dipanaskan,
bodrek dapat menyenbuhkan sakit kepala.
– al-Hadsiah (dugaan; speculation) yaitu aksioma yg didpt berdasarkan
perkiraan-perkiraan yg cermat, seperti : cahaya rembulan berasal dari cahaya
matahari; bumi ini bulat.
– al-Fitriah (fitrah) yaitu aksioma yg
didapat melalui kehadiran proposisinya dlm mental. Artinya, proposisi yg
deduksinya terikut bersamanya atau yg had ausath (middle term)
selalu hadir di dalam benak. Hal ini merupakan sejenis proposisi ‘spontan’ yg
penelarannya terjadi secara sangat cepat dan setengah sadar. Contohnya: dua setengah dari
empat.[4]
– Selain enam hal di atas ada juga
yg menambahkan mutawatirah yakni sesuatu yg diyakini karena
adanya berita yg berulang-ulang dan laporan yg banyak. Contoh: di Mekah ada
Ka’bah; Nabi Muhammad itu ada.
|
2. Iktisabi (proses) atau nazhari (teoritis) adalah ilmu yang didapat melalui
proses berpikir, seperti : rotasi bumi mengelilingi matahari. Iktisabi ini
terbagi pada dua bagian, yaitu :
– al-tashawwur al-kasbi (konsepsi proses) yaitu konsepsi
yang didasarkan pada dua unsur utama yaitu had (batasan substansial)
dan rasm (batasan aksidental).
– al-Tashdiq al-kasbi yaitu penilaian terhadap konsepsi
yang didasarkan pada qiyas (silogisme), intiqra (induktif), dan
tamsil (analogi).
|
Klassifikasi ilmu berdasarkan
eksistensi
§ Ilmu hudhuri (kehadiran)
yaitu ilmu yang objeknya langsung hadir pada diri subjek. Pada ilmu hudhuri
ini tidak ada keterpisahan antara subjek dan objek ilmu pengetahuan,
melainkan terjadi kesatuan eksistensial antara keduanya.
§ Ilmu hushuli (korespondensi)
yaitu ilmu yang didapat melalui proses korespondensi yang terjadi antara
subjek dengan objek eksternal yang mana yang hadir adalah gambaran objeknya
tersebut, bukan objeknya langsung.(Khalid al-Walid, Tasawuf Mulla Sadra.
(Bandung: Muthahhari Press, tt), h. 105-109.
|
Klassifikasi berdasarkan metode
dan prosedur penelitian
§ Ilmu-ilmu rasional yang
diselidiki lewat bukti-bukti rasional dalam penyimpulan mental seperti logika
dan filsafat ketuhanan.
§ Ilmu-ilmu empiris yang
diverifikasi lewat metode-metode empiris dan eksperimentasi seperti fisika,
kimia, dan biologi
§ Ilmu-ilmu nukilan (narrative
science) yang ditilik lewat dokumentasi naratif atau historis seperti
sejarah, biografi, dan fiqih.
|
DILALAH
|
PENGERTIAN DILALAH
§ Dilalah adalah memahami sst dari
sst yg lain. Sesuatu yg pertama disebut al-madhul (yg ditunjuk,
diterangkan atau diberi dalil) dan sesuatu yg kedua disebut al-dall
(penunjuk, penerag, atau yg memberi dalil).
§ Dilalah, yaitu satu pemahaman yg
dihasilkan dari sst atau hal yg lain. Contoh : Terdengar suara di
dalam danau di tengah ladang adlh dilalah (indikator) bagi adanya orang di
dalam danau itu.
|
PEMBAGIAN DILALAH
1.
Dilalah
Lafzhiyyah adalah
petunjuk berupa kata atau suara. Dilalah ini terbagi tiga bagian
yaitu :
– Thabi’iyyah (dilalah lafzhiyyah
thabi’iyyah) yaitu dilalah (petunjuk) yg berbentuk alami (‘aradh thabi’i). Contoh :
1. Ketawa terbahak-bahak menjadi dilalah bagi gembira. 2. Menangis terisk-isak
menjadi dilalah ............. 3. Suara mengerang dilalah.............
– ‘Aqliyah
(dilalah lafzhiyah aqliyah) yaitu dilalah yg berbentuk akal- pikir.
Contoh : 1. Suara teriakan ditengah hutan menjadi dilalah bagi adanya manusia
di sana. 2. Suara teriakan maling dari sebuah rumah menjadi dilalah
................
|
– Wadh’iyyah (dilalah lafzhiyah
wadh’iyyah) yaitu dilalah yg dengan sengaja dibuat manusia untuk suatu isyarah atau
tanda apa saja berdasar kesepakatan.
Contoh
lafadz (kata) kepada makna yg tlh disepakati :
Orang Sunda sepakat menetapkan kata cau menjadi dilalah bagi pisang Orang Jawa sepakat kata gedang menjadi dilalah bagi pisang Orang Inggris sepakat kata Benana menjadi dilalah bagi pisang |
2. Dilalah Ghairu Lafzhiyyah
adalah dilalah yang tidak berbentuk kata atau suara. Dilalah ini terbagi
tiga bagian:
– Thabi’iyyah (dilalah ghairu
lafzhiyyah thabi’iyyah) yaitu dilalah (petunjuk) yang bukan kata atau
suara yang bersifat alami. Contoh : 1. Wajah cerah menjadi dilalah bagi orang
yang senang ; 2. Menutup hidung menjadi dilalah ........3. wajah merah
menjadi dilalah........
– ‘Aqliyah (dilalah ghairu
lafzhiyah ‘aqliyah) yaitu dilalah bukan kata atau suara yang berbentuk
akal- pikir. Contoh : 1. Hilangnya barang-barang di rumah menjadi dilalah
bagi adanya orang yang mencuri ; 2. Terjadinya kebakaran di hutan
menjadi dilalah ..........
– Wadh’iyyah (dilalah ghairu
lafzhiyah wadh’iyyah) yaitu dilalah bukan kata atau suara yg dengan
sengaja dibuat manusia untuk suatu isyarah atau tanda apa saja berdasar
kesepakatan. Conth : petunjuk bagi lafadz (kata) kpd makna yg telah
disepakati : 1. Secarik kain hitam yg dipakai orang Cina di tangan kirinya
menjadi dilalah bagi kesedihan. 2. Merahnya lampu perempatan
.............
|
Pembagian Dilalah Lafzhiyah
Wadh’iyah
1. Muthabaqiyyah (dilalah lafzhiyah
wadhiyyah muthabaqiyyah) yaitu dilalah lafazh (petunjuk kata) kepeda makna
selengkapnya. Contoh : Kata rumah memberi dilalah bangunan yg lengkap terdiri
dari, dinding , jendela, pintu, atap dll. Jika kita menyuruh membuat rumah,
adlh rumah yg lengkap, bukan hanya satu bgn saja (dinding atau atapnya) saja.
2.
Tadhammuniyyah
(dilalah lafzhiyyah wadh’iyyah tadhammuniyah) yaitu dilalah lafazh (petunjuk
kata) kepada bagian” maknanya.Contoh : Ketika kita bermaksud untuk
memperbaiki rumah, maka hanya bagian” tertentu saja yg diperbaiki. Jika kita meminta dokter mengobati badan, maka bagian badan yg sakit saja
yang diobati.
|
3. Iltizamiyyah (dilalah
lafzhiyyah wadh’yyah iltizamiyya), yaitu dilalah lafazh kpd sst
yg ada di luar makna lafazh yg disebutkan, tetapi terikat amat erat dg makna
yg dikandungnya. Contoh : Jika kita menyuruh tukang memperbaiki asbes atap
rumah yg runtuh, maka yg dimaksud bukan hanya asbes saja, tetapi kayu-kayu
asbes yg melekat dan kebetulan sudah patah pun harus diganti. Asbes dengan
kayu yang menjadi tulangnya terkait amat erat (iltizam)
|
PENGERTIAN BERFIKIR
Pada hakikatnya manusia adalah makhluk berfikir, bernalar, beremosi,
bersikap, dan beramal. Sikap dan pengalaman manusia berasal dari
pengetahuannya melalui aktivitas berpikir. Berpikir merupakan tanggapan atas
realitas atau fakta yg dialami manusia melalui panca inderanya. Aktivitas
berfikir manusia berguna untuk menghasilkan pengetahuan yg benar, ilmiah, dan
tepat sebagai landasan penemuan kebenaran.
|
PENGERTIAN BERFIKIR
§ Berfikir adalah kegiatan akal
untuk “mengolah” pengetahuan yg telah kita terima melalui indra, dan
ditunjukkan unt mencapai kebenaran.
§ Menurut Plato dan Aristoteles,
berfikir adalah “bicara dengan dirinya sendiri didalam batin” yaitu
mempertimbangkan, merenungkan, menganalisis, membuktikan sesuatu, menunukkan
alasan”, menarik kesimpulan, meneliti suatu jaln pikiran, mencari berbagai
hal yang berhubungan satu dengan yg lain, mengapa atau untuk apa sesuatu
terjadi, serta membahas suatu realitas. ( Poespoprodjo&Gilarso, 1999:13)
§ Berpikir adalah suatu proses
mental dalam membuat reaksi, baik terhadap benda, tempat, orang, maupun
peristiwa. ( Burhanuddin Salam, 1997:141 )
§ Berfikir adalah aksi ( act ) yang
menyebabkan fikiran mendapatkan pengertian baru dg perantaraan hal yg sudah
diketahui. Yg beraksi disini bukan hanya budi atau akal,namun seluruh manusia
(The Whole Man ) yaitu dorongan” yg ada pd manusia yg sering kali
mempengaruhi jalan fikiran manusia atau isi fikiran. ( Poespoprodjo, 1999:178
)
|
§ Menurut M. Ngalim, MP, berfikir
adalah suatu keaktifan pribadi manusia yang mengakibatkan penemuan yang
terarah kepada suatu tujuan.
§ Menurut Psikologi Gestalt,
berfikir adalah keaktifan psikis yang abstrak, yang prosesnya tidak dapat
kita amati dengan alat indra.
§ Berfikir merupakan pembentukan
ide, pembentukan semua pengalaman dan penyusunan maklumat dalam bentuk
tertentu.
§ Berfikir adalah gejala jiwa
yang dapat menetapkan hubungan-hubungan antara pengetahuan-pengetahuan kita.
Berfikir merupakan suatu proses dialektis, artinya selam kita berfikir,
fikiran kita mengadakan tanya jawab pikiran kita. Untuk dapat meletakkan
hubungan-hubungan antara pengetahuan kita dengan tepat.( no.4-8 Evi Yuni
Imaroh,www.google.co.id )
|
Proses Berfikir
1. Pembentukan pengertian. Artinya
dari suatu masalah,fikiran kita membuang ciri” tambahan, sehingga tinggal
ciri-ciri yang tipis (yg tidak boleh tidak ada ) pada masalah itu. Misalnya,
aku menangkap apa arti 'aku','mobil','membeli' dsb. Mengerti kenyataan
(misalnya aku menangkap apa itu mobil ) dan membentuk pengertian” atas dasar
pengetahuan keindraan dg melihat fisik mobil dll.
2. Pembentukan pendapat dan
keputusan. Artinya fikiran kita menggabungkan atau menceraikan beberapa
pengertian, yg menjadi tanda khas dari masalah itu. Menyatakan hubungan yg
ada antara pengertian” yg telah ditangkap itu, dengan mengatakan bahwa
masalah itu 'demikian‘ (S=P) atau memisahkan / memungkiri dg mengatakan 'ini
tidaklah demikian' (S#P). Misalnya, mobil itu mahal, mobil itu tidak murah.
Pernyataan ini disebut putusan, dan biasanya dlm bentuk kalimat berita.
|
3. Pembentukan kesimpulan. Artinya
fikiran kita menarik keputusan dari keputusan-keputusan yg lain.
Menghubungkan berbgai hal yg diketahui sedemikian rupa sehingga kita sampai
pd kesimpulan. Jalan fikiran seperti ini tidak perlu diucapkan dg kata-kata,
namun dipikirkan dalam batin. Tetapi dalam berfikir itu, kita mesti
mempergunakan kata-kata ( pengertian-pengertian atau konsep ). dan apabila
ingin disampaikan dg orang lain (komunikasi), isi pikiran itu harus dikatakan
atau dilahirkan dlm kata” (bahasa), istilah (term) atau yang lain.
|
Aspek-aspek Proses Berfikir
•
Pengetahuan
(apa yang anda tahu tentang objek itu )
•
Kemahiran
kognitif (menyoal diri sendiri tentang objek itu)
•
Sikap dan nilai (keinginan untuk mengetahui objek itu )
|
Komponen Berfikir Manusia
•
Adanya
fakta (waqi')
•
Adanya
panca indera (hawas)
•
Adanya
otak (ad-dimagh)
•
Adanya
pemahaman (ma'lumat as sabiqah)
|
Tingkatan Proses Berfikir
•
Suthi (dangkal), adalah proses berfikir yg hanya melihat fakta saja.
•
'Amiq (mendalam), adalah proses berfikir yang mendalami secara detail tentang
fakta yg sedang terjadi.
•
Mustaniir (mendalam), adalah proses
berfikir yg bisa membahas sesuatu yg terjadi di balik fakta.
|
Asas-Asas Berfikir
Asas berfikir adalah pengetahuan dari mana pengetahuan yang lain
tergantung dan dimengerti. Juga bisa dikatakan pengetahuan yang menunjukkan
mengapa pada umumnya kita dapat menarik kesimpulan.Asas-asas berfikir dibagi
menjadi dua :
1. Asas-asas primer
•
Asas
identitas (principium identitatis = qanun zatiyah) atau law of
identity, yaitu kaidah berfikir yg menyatakan bahwa sesuatu hanya sama
dengan sesuatu itu sendiri. Jika sesuatu itu p maka p itu identik dengan p
atau p adalah p. Dapat dikatakan ,”jika p maka p dan tetap p”.A
•
Asas
kontradiksi (principium contradictionis = qanun tanaqud) atau law
of contradiction, yaitu kaidah berfikir yang menyatakan bahwa tidak
mungkin sesuatu pada waktu yang sama adalah “sesuatu itu dan bukan sesuatu
itu”. Artinya mustahil ada sesuatu hal yang bersamaan saling bertentangan.
Sir William Hamilton menyebutnya “hukum tanpa pertentangan”. Tidak mungkin p
dalam waktu yang bersamaan adalah p dan bukan p.
|
• Asas
penyisihan kemungkinan yng ketiga (principium exclusi tertii = qanun
imtina') atau law of excluded middle, yaitu kaidah yg menjelaskan
bahwa kemungkinan yg ketiga itu tidak ada. Apabila
terdapat dua proposisi yg kontradiksionis yg satu merobohkan yg lain,
pastilah salah satu diantaranya itu salah.
• Asas alasan
yg mencukupi (principium rationis sufficientis) atau law of
sufficient reason
Menyatakan bahwa jika perubahan terjadi pada sst, maka perubahan itu perubahan itu haruslah memiliki alasan yg cukup. Jadi tidak ada perubahan yang terjadi begitu saja tanpa alasan yg memadai sebagai penyebab perubahan itu. |
Dari sudut isinya
• Asas kesesuaian (principium
convenientiae), menyatakan bahwa ada dua hal yang sama, hal yang lain itu
sama dengan hal yang ketiga. Contohnya, jika S=M dan M=P maka S=P (dengan
catatan bahwa S dan P disini dihubungkan satu sama lain dengan satu M )
• Asas ketidaksesuaian (principium
inconvenientiae), menyatakan bahwa ada dua hal yg sama tetapi salah satu
diantaranya tidak sama dg hal yg ketiga. Dengan
demikian hal yg lain itu juga tidak sama dg yg ketiga tadi. Contohnya, jika
A=B tetapi B#C maka A#C
Dari sudut luasnya
• Asas dikatakan
tentang semua (principium dictum de omni). Apa yg secara universal
diterapakan pd seluruh lingkungan suatu pengertian (subyek) juga tidak boleh
diterapkan pada bawahannya.
• Asas tidak
dikatakan tentang manapun juga (principium dictum de nullo). Apa yang secara
universal tidak dapat diterapkan pada suatu pengertian (subyek) juga tidak
dapat diterapkan pada semua bawahannya.
|
Syarat Berfikir Benar dan
Ilmiah
|
|
Home »
» KONSEP ILMU (Ilmu dan Dilalah);Ilmu Mantiq (review)
KONSEP ILMU (Ilmu dan Dilalah);Ilmu Mantiq (review)
Posted by Wahid hambali
Posted on 17.33
with No comments
0 komentar:
Posting Komentar