Test midle sidebar

Home » » CONTOH PTK pendekatan berbasis aktivitas dalam meningkatkan motifasi belajar fiqih dalam pokok bahasan Huduud pada siswa MA. Hasanuddin Siraman kelas XI IPS pada semester I Tahun pelajaran 2013/2014( Di MA. HASANUDDIN SIRAMAN)

CONTOH PTK pendekatan berbasis aktivitas dalam meningkatkan motifasi belajar fiqih dalam pokok bahasan Huduud pada siswa MA. Hasanuddin Siraman kelas XI IPS pada semester I Tahun pelajaran 2013/2014( Di MA. HASANUDDIN SIRAMAN)

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Fakta dilapangan menunjukkan bahwa banyak siswa kelas XI  IPS MA. Hasanuddin Siraman bersikap pasip ketika berlangsung pembelajaran dikelas. Selama pembelajaran berlangsung siswa menjadi pendengar yang baik. Ketika guru mejelaskan materi pelajaran kebanyakan mereka diam. Demikianpun ketika guru memberikan pertanyaan, sebagian besar siswa diam tanpa komentar. Apalagi ketika guru meminta agar siswa bertanya, merekapun diam. Fakta ini dilatar belakangi karena siswa kurang diberikan strategi pembelajaran yang memadai. Oleh sebab itu dalam proses pembelajaran di sekolah dibutuhkan kreativitas dan keaktifan seorang pengajar dalam membuat strategi belajar mengajar semenarik mungkin sehingga menimbulkan motivasi belajar siswa khususnya materi fiqih.

Sebagaimana dijelaskan diatas bahwa proses belajar yang menarik dan aktif adalah keinginan setiap praktisi pendidikan. Seorang guru dalam sebuah proses belajar mengajar dituntut untuk menggunakan berbagai metode yang menarik untuk menciptakan proses belajar yang kondusif. Salah satu metode yang menarik dalam proses belajar mengajar adalah metode pendekatan aktivitas, dimana dalam prosesnya lebih mengedepankan atau berpusat pada keaktifan siswa dalam proses belajar mengajar (Student Center). Dengan pembelajaran yang lebih menekankan pada keaktifan siswa (Student Activity) diharapkan mampu meningkatkan motivasi belajar yang pada akhirnya juga diikuti dengan hasil atau prestasi belajar sesuai dengan tujuan pendidikan.
Fenomena di atas menunjukkan bahwa proses pembelajaran dengan menekankan pada aktivitas siswa perlu dilaksanakan secara terus menerus. Hal ini dapat dilakukan apabila pola interaksi antara guru dan siswa terjalin dengan baik. Namun hal lain yang juga sangat penting dalam melaksanakan kegiatan tersebut demi meningkatkan motivasi belajar dan aktivitas siswa dalam proses belajar mengajar adalah kemampuan guru dalam merencanakan suatu proses kegitan belajar mengajar sehingga tercapai tujuan pembelajaran.
Berdasarkan uraian diatas, peneliti termotivasi untuk melakukan sebuah penelitian tindakan kelas dengan berfokus pada peningkatan motivasi belajar siswa dalam bidang fiqih melalui kegiatan pembelajaran berbasis aktivitas.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan pada latar belakang tersebut diatas, maka dalam penelitian ini penetiti dapat merumuskan beberapa fokus penelitian sebagai berikut :
1.        Bagaimanan pendekatan berbasis aktivitas dalam meningkatkan motifasi belajar fiqih dalam pokok bahasan Huduud pada siswa  MA. Hasanuddin Siraman kelas XI IPS pada semester I Tahun pelajaran 2013/2014 ?
2.         Apakah pendekatan berbasis aktivitas dapat menumbuhkan motivasi belajar fiqih dalam pokok bahasan Huduud pada siswa  MA. Hasanuddin Siraman kelas XI IPS pada semester I Tahun pelajaran 2013/2014 ?
 C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan pada rumusan masalah tersebut, maka penelitian tindakan kelas ini bertujuan untuk mengetahui dan mendeskripsikan :
  1. Tingkat Pendekatan berbasis aktivitas dalam menumbuhkan motivasi belajar fiqih dalam pokok bahasan Huduud pada siswa  MA. Hasanuddin Siraman kelas XI IPS pada semester I Tahun pelajaran 2013/2014
  2. Tingkat dampak kegiatan belajar mengajar dengan menggunakan pendekatan berbasis aktivitas dalam pembelajaran fiqih dalam pokok bahasan Huduud pada siswa  MA. Hasanuddin Siraman kelas XI IPS pada semester I Tahun pelajaran 2013/2014
D. Manfaat Penelitian
Dari penelitian ini nantinya diharapkan dapat memberikan manfaat bagi khazanah keilmuan :
1.    Secara teoritis, penelitian tindakan kelas ini diharapkan dapat menghasilkan temuan-temuan mengenai strategi pembelajaran dengan menggunakan pendekatan berbasis aktivitas pada mata pelajaran fiqih khususnya pada pokok bahasan Huduud pada siswa  MA. Hasanuddin Siraman kelas XI IPS pada semester I Tahun pelajaran 2013/2014
Secara praktis, penelitian tindakan kelas ini bisa bermanfaat bagi :

     a. Guru MA. Hasanuddin Siraman
Menambah wawasan dan pengetahuan dalam meningkatkan kualitas pendidikan bidang fiqih pada siswa kelas XI semester I Madrasah Aliyah Hasanuddin Siraman melalui implementasi strategi pembelajaran dengan menggunakan pendekatan berbasis aktivitas, dan pada MA umumnya.
     b. Siswa Madrasah Aliyah Hasanuddin Siraman
Untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa dengan menggunakan pendekatan berbasis aktivitas khususnya materi Fiqih
     c. Lembaga Madrasah Aliyah Hasanuddin Siraman
Sebagai satu masukan atau solusi untuk mengetahui hambatan dan kelemahan penyelenggaraan pembelajaran serta sebagai upaya untuk memperbaiki dan mengatasi masalah-masalah pembelajaran yang dihadapi di kelas, sehingga dapat meningkatkan motivasi belajar siswa dengan harapan akan diperoleh hasil prestasi yang optimal demi kemajuan lembaga sekolah.
      d. Mapenda Kementrian Agama Kabupaten Blitar
Sebagai masukan dalam pelaksanaan proses pembelajaran agar mengikuti, memperhatikan, dan menerapkan hasil yang diperoleh dari penelitian ini, sehingga kelemahan pelaksanaan dalam proses belajar mengajar di lapangan pendidikan dapat diperbaiki sesuai dengan rekomendasi dari hasil - hasil penelitian tindakan kelas.






BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Motivasi Belajar Fiqih
    1. Pengertian Motivasi
Istilah motivasi berasal dari kata latin "movere" yang artinya bergerak (Stresser, 144t). Adapun pengertian mengenai motivasi menurut para ahli, antara lain : menurut Teaven dan Smith (146) konstruksi yang mengaktifkcan dan mengarahkan prilaku dengan memberi dorongan atau daya pada organisme untuk melakukan suatu aktivitas. Menurut Chauhan (14?8) motivasi adalah suatu proses yang menimbulkan aktivitas pada organisme sehingga terjadi suatu prilaku. Wordworth (Petri, 1481; Franken, 1982) r-nengggunakan istiiah Drive rtau mativasi adalah suatu kanstruksi dengan tiga karakteristik yaitu intensitas, arah dan persisten. Artinya motfvasi dengan intensitas yang e,ukup akan memberikan arah kepada individu untuk melakukan sesuatu secara tekun dan secara terus menerus (Djalali, 2001). Menurutnya motivasi digelongkan menjadi tiga hagian, pertama, Orgcrraik needs (kebutuhan vital, seperti : makan, minum, dan lain­lain). Kedua, Emergency motives, ditirnbulkan karena suatu kebutuhan yang harus terpenuhi dan tergantung pula pada keadaan lingkungan. Ketiga, Objectives motives dan interest (L3akir, 1993). Menurut Eysenk dan kazvan­katuan motivasi dirumuskan sebagai suatu proses yang menentukan suatu tingkatan kegiatan, intensitas, konsistensi, serta arah umum dari tingkah laku manusia, merupakan konsep yang rumit dan berkaitan dengan konsep-konsep seperti minat, bakat, konsep diri, sikap dan sebagainya. Menurut Maslow (1943, 1970) motivasi suatu proses tingkah laku manusia yang dibangkitkan dan diarahkan oleh kebutuhan tertentu seperti harga diri diantaranya (Slameto, 2003). David McClelland, Abraham Maslow, Wan dan Brown seperti dikutip oleh Wahjosumidjo (1983), bahwa motivasi adalah suatu proses psikologis yang mencerminkan interaksi antara sikap, kebutuhan, persepsi dan kepuasan yang terjadi pada diri seseorang (Kosasih, 2004). Sedangkan menurut McDonald motivasi ialah suatu perubahan energi di dalam pribadi seseorang yang ditandai dengan timbulnya afek-tif dan reaksi untuk mencapai tujuan. Dilihat dari komponennya motivasi memiliki dua komponen, yaitu : komponen dalam (Inner Component) dan komponen luar (Outer Component). Komponen dalam ialah perubahan di dalam diri seseorang, keadaan tidak puas, ketegangan atau kecemasan psikologis (Anxiety Of Psychology). Komponen luar adalah apa yag di inginkan seseorang, tujuan yang menjadi arah perbuatannya (Hamalik, 2002).
Serdasarkan beberapa pendapat dari para ahli diatas penulis menyimpulkan bahwa motivasi belajar aqidah akhlak adalah suatu kekuatan (Power), tenaga (Forces), serta daya (Energy), atau suatu keadaan yang sangat kompleks (A Complex State) dan kesiapsedian (Preparatory Set), dalam diri ir.dividu untuk bergerak (To A-love, Alotion, Motive) kearah tujuan tertentu, baik disadari atau tidak disadari dan dalam hal ini mengenai semua aspek dalam bidang aqidah akhlak. Motivasi tersebut timbul dan tumbuh dari dalam diri individu (Instrinsik) dan dari luar diri individu (Ekstrinsik)
     2. Jenis - Jenis Motivasi
Salah satu fungsi pengajaran adalah memberikan motivasi kepada siswa agar mereka bisa melaksanakan tugas - tugasnya dengan sebaik mungkin secara efektif dan produktif. Adapun mengenai motivasi terbagai menjadi dua macam, yaitu : motivasi instrinsik dan motivasi ekstrinsik.
         a. Motivasi Instrinsik (Instrinsic Motivation)
Motivasi Instrinsik adalah motif - motif yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam diri individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu. Dengan kata lain motivasi intrinsik adalah motivasi atau dorongan yang timbul dari dalam diri siswa sendiri, misalnya keinginan untuk mendapatkan keterampilan tertentu, keinginan untuk beramal, keinginan untuk menguasai nilai - nilai yang terkandung dalam pelajaran yang diajarkan, bukan karena keinginan lain seperti mendapat pujian, hadiah, nilai yang tinggi, dan lain sebagainya.
          b. Motivasi Ekstrinsik (Ekstrinsic Motivation)
Motivasi ekstrinsik merupakan kebalikan dari motivsi instrinsik. Motivsi ekstrinsik adalah dorongan yang aktif yang muncul karena adanya faktor perangsang dari luar, misalnya diakui, dipuji, diberi hadiah, dicela, dan sebagainya semuanya berpengaruh terhadap sikap dan prilaku siswa dalam proses belajar mengajar.
Bila seseorang telah memiliki motivasi instrinsik dalam dirinya, maka ia secara sadar akan melakukan suatu kegiatan yang tidak memerlukan motivsi dari luar dirinya. Dalam ak-tivitas belajar, motivasi instrinsik sangat dibutuhkan. Seseorang yang tidak memiliki motivasi instrinsik sulit sekali melakukan ak-tivits belajar secara terus menerus. Perlu ditegaskan, bahwa anak didik yang memiliki motivasi instrinsik cenderung akan menjadi orang yang terdidik, berpengetahuan, memiliki keahlian tertentu dan gemar belajar.
          c. Motivasi Ekstrinsik (Ekstrinsic Motivation)
Motivasi ekstrinsik meraapakan kebalikan dari motivasi instrinsik. Motivsi ekstrinsik adalah dorongan yang aktif yang muncul karena adanya faktor perangsang dari luar, misalnya diakui, dipuji, diberi hadiah, dicela, dan sebagainya semuanya berpengaruh terhadap sikap dan prilaku siswa dalam proses belajar mengajar.
 Motivasi ekstrinsik bukan berarti motivsi yang tidak diperlukan dan tidak baik dalam pendidikan. Motivsi ekstrinsik diperlukan agar anak didik mau belajar. Berbagai macam cara bisa dilakukan agar anak didik termotivasi untuk belajar. Guru yang berhasil adalah guru yang bisa membangkitkan minat siswa. Karena itu, guru harus bisa dan pandai menggunakan motivasi ekstrinsik ini dengan akurat dan benar dalam menunjang proses interaksi edukatif di kelas (Djamarah, 2QQ2).
       3. Prinsip- Prinsip Motivasi
Beberapa prinsip motivasi yang dapat dijadikan pedoman dalam proses belajar mengajar, antara lain :
           a. Prinsip Kompetisi
Prinsip kompetisi adalah persaingan secara sehat, baik inter maupun antar pribadi. Kompetisi inter pribadi (Self Competition) adalah kompetisi dalam diri pribadi masing-masing dari tindakan atau unjuk kerja dalam dimensi tempat dan waktu. Sedangkan kompetisi antar pribadi adalah persaingan antara individu yang satu dengan yang lain. Dengan adanya persaingan yang sehat, dapat ditimbulkan motivasi untuk bertindak secara lebih baik. Salah satu bentuk misainya perlombaan karya tulis, lomba menjadi sisura teladan, lomba keterampilan dan lain sebagainya. Kompetisi juga dapat dilakukan antar sekolah untuk mendorong siswa melakukan berbagai upaya unjuk kerja belajar yang baik.

          b. Prinsip Pemacu
Dorongan untuk melakukan berbagai tindakan akan terjadi apabila ada pemacu tertentu. Pemacu ini dapat berupa informasi, nasehat, amanat, percontohan, dan lain-lain. Dalam hal ini motif teratur untuk mendorong agar selalu melakukan berbagai tindakan dan unjuk kerja melalui konsultasi pribadi, nasehat atau amanat dalam upacara, ceramah keagamaan, bimbingan, pembinaan, dan lain sebagainya.
          c. Prinsip ganjaran dan hukuman
Ganjaran yang diterima seseorang dapat meningkatkan motivasi untuk melakukan sesuatu yang menimbulkan ganjaran itu. Setiap unjuk kerja yang baik apabila diherikan sebuah reward yang memadai cenderung akan menimbulkan motivasi. Misalnya pemberian hadiah kepada siswa yang berprestasi. Selain prinsip ganjaran, prinsip hukuman juga dapat menimbulkan motivasi siswa untuk tidak lagi melakukan tindakan yang menyebabkan hukuman itu. Hal yang harus diterapkan secara proporsional dan benar-benar dapat memberikan motivasi.
         d. Prinsip Kejelasan Dan Kedekatan Tujuan
Makin jelas dan makin dekat suatu tujuan, maka makin mendorong seseorang untuk melakukan tindakan. Sehubungan dengan prinsip ini, maka seyogyanya setiap siswa memahami tujuan belajarnya secara jelas.
Hal itu dapat dilakukan dengan memberikan penjelasan suatu tujuan dari tindakan yang diharapkan. Cara lain adalah dengan membuat tujuan-tujuan yang masih umum dan jauh menjadi tujuan yang khusus dan lebih dekat.
         e. Pemahaman Hasil
Dalam uraian diatas, telah dikemukakan bahwa hasil yang dicapai seseorang merupakan balikan dari apa yang telah dilakukannya, dan itu semua dapat memberikan motivasi untuk melakukan tindakan selanjutnya. Perasaan sukses yang ada pada diri seseorang akan mendorongnya untuk selalu memelihara dan meningkatkan kerja agar terus menjadi lebih baik lagi. Pengetahuan tentang balikan, memiliki kaitan erat dengan kepuasan yang dicapai. Sehubungan dengan hal tersebut, para pengajar seyogyanya selalu memberikan balikan kepada setiap unjuk kerja yang telah dihasilkan oleh setiap siswa. Misalnya mengembalikan tugas-tugas yang telah dibuat siswa dengan nilai dan komentarnya. Umpan balik (Feedback) seperti ini akan sangat bermanfaat untuk mengukur derajat hasil belajar yang telah dihasilkan untuk keperluan perbaikan dan peningkatan selanjutnya. Para siswa hendaknya selalu dipupuk untuk memiliki rasa sukses dan terhindar dari berkembangnya rasa gagal.
           f. Pengernbangan Minat
Minat dapat diartikan sebagai rasa senang atau tidak senang dalam menghadapi suatu objek. Prinsip dasarnya adalah motivasi seseorang cenderung akan meningkat apabila yang bersangkutan memiliki minat yang besar dalam melakukan tindakannya. Dalam hubungan ini motivasi dapat dilakukan dengan jalan menimbulkan atau mengemhangkan minat siswa dalam melakukan kegiatan belajar. Dengan demikian siswa akan memperoleh kepuasan dan unjuk kerja yang baik. Pada akhimya dapat menumbuhkan motivasi belajar secara efektif dan produktif.
          g. Lingkungan Yang Kondusif
Lingkungan kerja yang kondusif, baik lingkungan fisik, sosial, maupun psikologis, dapat menumbuhkan dan mengembangkan motif untuk bekerja dengan baik dan produktif. Untuk itu dapat diciptakan lingkungan fisik yang sebaik mungkin, misalnya kebersihan ruangan, tata letak, fasilitas, dan sebagainya. Demikian pula lingkungan sosial­psikalagis seperti hubugan antar pribadi, kehidupan kelompok, kepimimpinan, promosi, bimbingan, kesempatan untuk maju, kekeluargaan dan sebagainya.
         h. Keteladanan
Prilaku guru secara langsung atau tidak langsung mempunyai pengaruh terhadap prilaku murid yang sifatnya positif maupun negatif. Prilaku guru dapat meningkatkan motivasi belajar. Sehubungan dengan itu, maka sangat diharapkan agar prilaku guru dapat menjadi sumber keteladanan bagi para siswanya. Dengan contoh-contoh yang dapat diteladani, para siswa dapat lebih meningkatkan produktivitas belajar mereka.
Sehubungan dengan hal diatas, ada beberapa prinsip belajar dan motivasi yang disampaikan oleh Hamalik (2002), agar mendapatkan perhatian dari pihak perencana pengajaran khususnya dalam merencanakan kegiatan belajar mengajar.
Prinsip tersebut dapat digunakan oleh pendidik dalam peningkatan motivasi peserta didik dalam mengikuti belajar mengajar, sehingga didapatkan prestasi belajar yang optimal, diantaranya: 1) Kebermaknaan. Suatu bidang studi akan lebih bermakna bagi siswa apabila guru herusaha menghubungkannya dengan pengalaman yang mereka miliki sebelumnya (masa lampau). Sesuatu yang menarik minat dan bernilai tinggi bagi siswa berarti bermakna baginya. Oleh sebab itu guru hendaknya berusaha menyesuaikan pelajaran dengan minat para siswanya, dengan cara memberikan kesempatan kepada siswa berperan serta memilih. 2) Modelling. Siswa akan suka memperoleh tingkah laku baru bila disaksikan dan ditirunya. Pelajaran akan lebih mudah dihayati dan diterapkan oleh siswa jika guru mengupayakan mengajarkan dalam bentuk tingkah laku model, bukan hanya dengan mencerahkan atau menceritakan secara lisan. Dengan model tingkah laku itu, siswa dapat mengamati dan menirukan apa yang diinginkan oleh guru. 3) Komunikasi Terbuka. Siswa lebih suka belajar apabila penyajian terstruktur supaya pesan-pesan guru terbuka terhadap pengawasan siswa. 4) Prasyarat. Apa yang telah dipelajari oleh siswa sebelumnya mungkin merupakan faktor penting yang dapat menentukan keberhasilan siswa dalam belajar. Karena itu hendaknya guru berusaha mengetahui atau mengenali prasyarat- prasyarat yang telah mereka miliki. Siswa yang berada dalam kelompok yang bersyarat akan mudah mengamati hubungan antara pengetahuan yang sederhana yang telah mereka miliki dengan pengetahuan yang kompleks yang akan dipelajari. 5) Novelty. Siswa akan lebih senang belajar bila perhatiannya ditarik oleh penyajian-penyajian yang baru (Novelty) atau masih asing. 6) Latihan atau Praktik yang Aktif dan Bermanfaat. Praktik secara aktif berarti siswa mengerjakan sendiri, bukan mendengarkan ceramah dan mencatat pada buku tulis. 7) Latihan Terbagi. Siswa lebih senang belajar, jika latihan di bagi menjadi sejumlah kurun waktu yang pendek. Latihan yang demikian akan meningkatkan motivasi siswa dalam belajar dibandingkan dengan latihan yang dilakukan sekaligus dalam jangka waktu yang panjang. 8) Kurangi secara sistematis Paksaan belajar. Akan tetapi bagi siswa yang sudah mulai menguasai pelajaran, maka secara sistematis pemompaan itu dikurangi dan akhirnya siswa dapat belajar sendiri. 9) Kondisi yang menyenangkan. Siswa akan lebih senang melanjutkan belajarnya jika kondisi pengajarannya menyenangkan.

B. Fiqih
1. Pengertian Fiqih
1.      Bahasa
     Kata fiqih ( فقه ) secara bahasa punya dua makna. Makna pertama adalah al-fahmu al-mujarrad (الفهم المجرّد ), yang artinya adalah mengerti secara langsung atau sekedar mengerti saja.
    Makna yang kedua adalah al-fahmu ad-daqiq (الفھم الدقیق) yang artinya adalah mengerti atau memahami secara mendalam dan lebih luas.
     Kata fiqih yang berarti sekedar mengerti atau memahami, disebutkan di dalam ayat Al-Quran Al-Karim, ketika Allah menceritakan kisah kaum Nabi Syu’aib alaihissalam yang tidak mengerti ucapannya.
قَالُوا يَا شُعَيْبُ مَا نَفْقَهُ كَثِيرًا مِمَّا تَقُولُ
“Mereka berkata: "Hai Syu’aib, kami tidak banyak mengerti tentang apa yang kamu katakan itu." (QS. Hud: 91)
    Di ayat lain juga Allah SWT berfirman menceritakan tentang orang-orang munafik yang tidak memahami pembicaraan.
فَمَالِ هَؤُلاءِ الْقَوْمِ لا يَكَادُونَ يَفْقَهُونَ حَدِيثًا
Katakanlah: "Semuanya (datang) dari sisi Allah". Maka mengapa orang-orang itu (orang munafik) hampir-hampir tidak memahami pembicaraan sedikit pun?” (QS. An Nisa:78)
    Sedangkan makna fiqih dalam arti mengerti atau memahami yang mendalam, bisa temukan di dalam Al- Quran Al-Karim pada ayat berikut ini :
وَمَا كَانَ الْمُؤْمِنُونَ لِيَنْفِرُوا كَافَّةً فَلَوْلا نَفَرَ مِنْ كُلِّ فِرْقَةٍ مِنْهُمْ طَائِفَةٌ لِيَتَفَقَّهُوا فِي الدِّينِ وَلِيُنْذِرُوا قَوْمَهُمْ إِذَا رَجَعُوا إِلَيْهِمْ لَعَلَّهُمْ يَحْذَرُونَ
"Tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya. Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya." (QS. At-Taubah :122)
    Dalam prakteknya, istilah fiqih ini lebih banyak digunakan untuk ilmu agama secara umum, dimana seorang yang ahli di bidang ilmu-ilmu agama sering disebut sebagai faqih, sedangkan seorang yang ahli di bidang ilmu yang lain, kedokteran atau arsitektur misalnya, tidak disebut sebagai faqih atau ahli fiqih.


2. Istilah
     Sedangkan secara istilah, kata fiqih didefinisikan oleh para ulama dengan berbagai definisi yang berbeda-beda. Sebagiannya lebih merupakan ungkapan sepotong-sepotong, tapi ada juga yang memang sudah mencakup semua batasan ilmu fiqih itu sendiri.
Al-Imam Abu Hanifah punya definisi tentang fiqih yang unik, yaitu :
معرفة النفس مالها وما عليها
"Mengenal jiwa manusia terkait apa yang menjadi hak dan kewajibannya.”
     Sebenarnya definisi ini masih terlalu umum, bahkan masih juga mencakup wilayah akidah dan keimanan bahkan juga termasuk wilayah akhlaq. Sehingga fiqih yang dimaksud oleh beliau ini disebut juga dengan istilah Al-Fiqhul Akbar.
     Adapun definisi yang lebih mencakup ruang lingkup istilah fiqih yang dikenal para ulama adalah:
العلمُ بالاحكامِ الشّرعِيَّةِ العَمَلِيِّةِ المُكْتَسَبُ مِنْ أدِلَّتِها التَّفْصِيْلِيَّةِ
”Ilmu yang membahas hukum-hukum syariat bidang amaliyah (perbuatan nyata) yang diambil dari dalil-dalil secara rinci,”
Secara sederhana kita bisa simpulkan bahwa fiqih adalah kesimpulan hukum-hukum bersifat baku hasil ijtihad ulama yang bersumber dari Al-Quran, sunnah, ijma, qiyas dan dalildalil yang ada.
C. Pendekatan Berbasis Aktivitas
Dalam aktivitas pembelajaran di sekolah, guru harus mengusahakan agar siswa dapat melakukan proses belajar secara efektif agar memperoleh hasil pembelajaran yang sebaik-baiknya. Dalam kemajuan metodologi proses belajar mengajar saat ini asas aktivitas (Student activity) lebih di tonjolkan melalui suatu program unit activity, sehingga kegiatan belajar siswa menjadi dasar untuk mencapai tujuan dan hasil belajar yang lebih memadai.
Dari beberapa macam aktivitas menunjukkan bahwa dalam kegiatan belajar mengajar, aktivitas siswa sangat diperlukan dalam memenuhi tujuan pengajaran. Sehingga dalam suatu kegiatan pengajaran, aktivitas siswa harus disesuaikan dengan materi pengajaran yang akan disampaikan oleh guru kepada siswa.
Menurut Hamalik (2001) ada beberapa jenis aktivitas yang disampaikan oleh para ahli, antara lain : (1) Kegiatan-kegiatan visual. (2) Kegiatan-kegiatan lisan. (3) Mendengarkan. (4) Menulis. (5) Menggambar. (6) Metrik. ('7) Mental. (8) Emosional. (9) Berpikir. (10) Mengingat Adapun penjelasannya sebagai berikut :
1.    Kegiatan Visual. Yang termasuk kegiatan ini adalah membaca, meiihat gambar-gambar, mengamati eksperimen, demonstrasi, pameran, dan mengamati orang lain bekerja atau bermain.
2.    Kegiatan-kegiatan Lisan. Kegiatan mengemukakan suatu fakta atau prinsip, menghubungkan suatu kejadian, mengajukan pertanyaan, memberi saran, mengemukakan pendapat, wawancara, diskusi, dan instrupsi adalah implementasi dari kegiatan lisan.
3.    Kegiatan Mendengarkan. Dalam proses belajar mendengarkan adalah salah satu hal yang dilakukan, karena melalui aktivitas ini seorang siswa dapat memahami bahan pelajaran yang diajarkan.
4.    Kegiatan Menulis, misalnya: menulis cerita, laporan, mengarang, membuat rangkuman, mengerjakan tes dan mengisi angket.
5.    Kegiatan Menggambar, seperti membuat grafik, chart, diagram, dan lain sebagainya.
6. Kegiatan Metrik. Kegiatan dalam bidang metrik antara lain melakukan percobaan, memilih alat-alat, melaksanakan pameran, membuat model, menyelenggarakan permainan, menari dan berkebun.
7. Kegiatan mental, meliputi memecahkan masalah, mengingat, menganalisis, melihat hubungan - hubungan dan membuat keputusan.
8. Kegiatan Emosional. Kegiatan- kegiatan daiam kelompok ini terdapat dalam semua jenis kegiatan dan overlap satu sama lain. Dari kegiatan ini diharapkan bisa menimbulkan minat, berani, tcnang, dan lain- lain.
9. Berpikir. Berpikir termasuk aktivitas belajar. Dengan berpikir orang memperoleh penemuan baru, setidak-tidaknya orang menjadi tahu tentang hubungan antar sesuatu.
10. Mengingat. Mengingat yang didasari atas kebutuhan serta kesadaran untuk mencapai tujuan belajar lebih lanjut adalah termasuk aktivitas belajar, apalagi mengingat itu berhubungan dengan aktivitas-aktivitas balajar lainnya (Ahamadi dan Supriyono, 1991).
Dari beberapa macam aktivitas diatas menunjukkan bahwa dalam kegiatan belajar mengajar, aktivitas siswa sangat diperlukan dalam memenuhi tujuan pengajaran. Sehingga dalam suatu kegiatan pengajaran, aktivitas siswa harus disesuaikan dengan materi pengajaran yang akan disampaikan oleh guru kepada siswa.
D. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan pada permasalahan dalam penelitian tindakan yang berjudul "Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Aktivitas Untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Fiqih Pokok Bahasan Huduud Siswa Kelas XI PAS MA. Hasanuddin Siraman" yang dilakukan oleh peneliti, dapat dirumuskan hipotesis tindakan sebagai berikut : Jika strategi pembelajaran yang selama ini digunakan oleh guru Madrasah Aliyah dalam kegiatan belajar mengajar siswa kelas XI semester I MA Hasanuddin Siraman, diganti dengan strategi pembelajaran berbasis aktivitas, maka dimungkinkan akan berpengaruh terhadap peningkatan motivasi belajar dan diikuti dengan prestasi belajar fiqih pokok huduud.

                                           











BAB III
METODE PENELITIAN
A. Setting Penelitian
Lokasi penelitian tindakan ini adalah Madrasah Aliyah Hasanuddin Siraman, kelas XI  IPS smester I terdiri dari 12 siswa dan 16 siswi. Kondisi kelas ukuran ruangan 5m x 7m, dengan fentilasi pencahayaan ruangan cukup standard. Lama penelitian kurang lebih satu bulan dimulai dari tanggal 21 Oktober sampai 25 Nopember 2013, sedangkan subjek dalam penelitian ini ditentukan berdasarkan faktor perbedaan kemampuan belajar antar siswa, dan kondisi lingkungan lokasi penelitian.
B. Prosedur Penelitian
Subyek penelitian ini adalah siswa kelas XI MA Hasnuddin Siraman pada tahun pelajaran 2013/2014. Penelitian ini termasuk jenis penelitian tindakan kelas yang ingin mengungkap seberapa tinggi Tingkat efektifitas Pendekatan berbasis aktivitas dalam menumbuhkan motivasi belajar fiqih pokak bahasan Huduud pada siswa kelas XI IPS. Penelitian ini dilakukan dua siklus, clip_image002masing-masing siklus terdiri dari dua tatap muka (pertemuan).
Proses Penelitian Tindakan
Refleksi awal, kelas XI smester I materi fiqih bab Huduud sangat pasip, siswa hanya mendengar dan menyimak, bagaimana guru dapat meningkatkan motivasi belajar agar siswa aktip?

1. Perencanaan
Meliputi penyampaian materi Fiqih khususnya bab Huduud, latihan dengan mengerjakan beberapa soal, pembahasan latihan soal, keaktifan siswa dalam menjawab pertanyaan dan motivasi siswa.

2. Tindakan (action) kegiatan mencakup
    a. Siklus I dimulai dari refleksi awal, kemudian dilanjutkan dengan perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi akhir.
 b.   Siklus II (sama dengan siklus I)
3. Observasi (pengamatan)
Pada tahap ini peneliti akan mengadakan pengamatan hasil belajar siswa dari keaktifan siswa yaitu :
1). Keaktifan siswa dalam diskusi
2). Banyaknya siswa yang bertanya
3). Banyaknya siswa yang menjawab pertanyaan guru/siswa lain
4). Memberikan pendapat
4. Refleksi
Pada kegiatan akhir tiap siklus perlu adanya pembahasan antara siklus-siklus tersebut untuk dapat menentukan kesimpulan atau hasil penelitian.
C. Metode Pengumpulan Data
Dalam penelitian tindakan ini peneliti menggunakan beberapa prosedur pengumpulan data agar memperoleh data yang objektif. Beberapa teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini, antara lain:
1.        Observasi
Obsevasi diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan secara sistematik terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian (Zuriah, 2003). Pengamatan dan pencatatan yang dilakukan terhadap objek ditempat terjadi atau berlangsungnya peristiwa.
Ada dua observasi yang dilakukan oleh peneliti dalam penelitian tindakan ini, diantaranya : (I) Obsevasi langsung, adalah pengamatan yang dilakukan dimana observer berada bersama dengan objek yang selidiki. Artinya peneliti ikut berpartisipasi secara langsung saat peristiwa terjadi. (2) Obsevasi tidak langsung, adalah observasi yang dilakukan dimana observer tidak berada bersama dengan objek yang diselidiki. Tetapi, peneliti menggunakan daftar cek (Check List) dalam menggali atau mengumpulkan data ketika menggunakan terknik ini.
  1. Wawancara
Wawancara merupakan salah satu prosedur terpenting untuk mengumpulkan data dalam penelitian kualitatif, sebab banyak informasi yang diperoleh peneliti melalui wawancara. Wawancara dilakukan peneliti untuk memperoleh data sesuai dengan kenyataan pada saat peneliti melakukan wawancara. Wawancara dalam penelitian ini ditujukan kepada siswa kelas XI IPS dan guru - guru kelas XI IPS Madrasah Aliyah Hasanuddin Siraman.
  1. Dokumentasi
Zuriah (2003), menjelaskan bahwa dokumentasi merupakan salah satu cara untuk mengumpulkan data melalui peninggalan tertulis, terutama berupa arsip-arsip dan termasuk juga buku-buku tentang pendapat, teori, dalil, atau hukum -hukum lain yang berhubungan dengan masalah penelitian.









BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A.  DESKRIPSI PERSIKLUS.
Dari hasil evaluasi terhadap siswa kelas XI IPS MA. Hasanuddin sebelum dan sesudah dilakukan perbaikan pembelajaran pada siklus I dan siklus II dapat diperoleh data sebagai berikut:
Hasil pengolahan data mata pelajaran Fiqih materi Huduud
NO
Nama Siswa
Siklus I
Siklus II
Ket
1
ANGGUN NANDA PRATAMA
70
75

2
ANY NINGTYAS
80
90

3
BAYU TIO ANGGORO
65
75

4
BELLA KODYA MEGA FIRDAUS
70
70

5
DIDIK SISWANTO
65
65

6
DINA MARIANA
80
90

7
DWI RITA SARI
60
70

8
HARUN
70
80

9
IIS HIDAYATI
65
80

10
INDANAH
70
80

11
JUWIKA MAYASARI
60
75

12
KHAMIM SADEWO
60
70

13
LINA SUCI WAHYU NINGSIH
65
80

14
M. ALWI ADAM ARIFIN
60
70

15
M. KHALIQ NUGROHO
65
65

16
M. SABUT SUAYYIN
70
75

17
NINIK SUSANTI
70
75

18
NOVENDY PRIMA SAPUTRA
65
75

19
NURMA ERVINA DAMAYANTI
70
85

20
NURVITA PUTRI
80
90

21
RAHMAD WIDODO
60
70

22
RANDY PRASETYO
70
75

23
REKA YUNIAWATI
60
75

24
ROIS AJI SAPUTRA
65
75

25
SAIFUL ANWAR
70
80

26
SINTA MUSTAFIA
70
80

27
SITI FATIMAH
70
80

28
VIKI OKTAVIA
70
85


Jumlah
1895
2155


Rata-rata
67.7
76,9


Prosentase Ketuntasan
67.7
76,9


Prosentase Tidak Tuntas
32,3
23,1


B.  Pembahasan dari setiap siklus
Pada Pembelajaran Fiqih siklus I tingkat penguasaan siswa terhadap penjumlahan pecahan masih sangat rendah: dari 28 orang  siswa hanya 15 yang memperoleh nilai 70 keatas dengan nilai rata-rata 67,5%.
Pada Siklus II terjadi perubahan menjadi rata-rata 76,9 %.
Dari hasil pengamatan dan diskusi dengan teman sejawat kemajuan tersebut disebabkan oleh membaiknya kualitas pembelajaran. Siswa sudah aktif dalam kerja kelompok dan guru sudah menggunakan media secara optimal disertai metode yang tepat dan bervariasi. Di samping itu penjelasan dengan hahasa yang mudah dimengerti dengan contoh kongkrit, bergairah, dan senang menerima pelajaran.














BAB  V
KESIMPULAN SARAN

A.  Kesimpulan
Dari hasil perbaikan pembelajaran yang telah dilaksanakan dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1.  Penggunaan metode yang tepat dan media yang menarik dapat meningkatkan interaksi belajar siswa.
2. Penjelasan dengan bahasa yang mudah di mengerti dan disertai dengan contoh-contoh dapat meningkatkan pemahaman siswa terhadap pembelajaran matematika.
3. Dengan mengaktifkan kerja kelompok dan bimbingan yang intensif membantu siswa bargairah dakam mengerjakan latihan dan tugas pada pembelajaran Fiqih bab Hudud
4. Motivasi dan memberi penguatan yang tepat dari guru dan orang tua membantu siswa semakin bergairah untuk belajar.

B. Saran
Berdasarkan kesimpulan yang dikemukakan tadi, ada beberapa hal yang sebaiknya dilakukan oleh guru dalam meningkatkan pemahaman siswa untuk dapat menjumlahkan pecahan yang sama penyebutnya pada pembelajaran matematika dan menulis dialog sederhana pada pembelajaran Bahasa Indonesia adalah:
1.    Menggunakan media secara optimal dan menggunakan metode yang bervariasi sehingga suasana pembelajaran menyenangkan bagi siswa dan guru (situasi PAKEM).
2.      Memberikan waktu yang cukup bagi siswa untuk berlatih.
3.      Penjelasan yang lancar, mudah dimengerti, dan sistimatis.
4.      Penejelasan materi dengan contoh-contoh yang konkrit.
5.  Tanggap terhadap siswa yang mengajukan pertanyaan dan memberikan pujian kepada siswa yang menjawab pertanyaan dengan benar.




DAFTAR PUSTAKA
-          Bogdan, R., & Biklen, S. 1982. qualitative research in education, Allyn & Bacon, Boston
-          Dakir, 1993. Dasar-Dasar Psikologi, Pustaka Pelajar, Yogyakarta
-          Djalali, M. As'ad. 2001. Psikologi _Motivasi Minat Jabatan, Intelegensi, Bakat dan Motivasi Kerja, Wineka Media, Malang
-          Djamarah, S. B. 2002. Psik.ologi Belajar, PT. Rineka Cipta, Jakarta
-          Guba, E.G., & Lincoln, Y.S. 1981. Effective Evaluation, Jossey-Bass Publishers, Sanfransisco
-          Hamalik, O. 2002. Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem, PT. Bumi Aksara, Jakarta
-          Hamalik, Oemar. 2002. Psikologi Belajar dan Mengajar, Penerbit Sinar Baru Algensindo, Bandung
-          Kosasih, Andreas. 2004. Peranan Motivasi terhadap Hasil Belajarnya Siswa, Tabularasa, Vol. 2, No. 3
-          Mandhur , Muhammad bin, Lisanul Arab, madah : fiqih Al-Mishbah Al-Munir
-          Miles, M.B., & Huherman, A.M. 1984. .Analisis Data Kualitatif. Terjemahan oleh Tjejep Rohendi Rohidi, Universitas Indonesia, Jakarta
-          Moeleng, L.J. 1995. Metodologi Penelitian Kualitatif. PT. Remaja Rosdakarya, Bandung
-          Moeleng, L.J. 2000. Metodologi Penelitian Kualitatif. PT. Remaja Rosdakarya, Bandung
-          Nasution, S. 1998. Metode Penelitian .Naturalistic Kualitatif, Penerbit Tarsito, Bandung
-          Zuriah, N. 2003. Penelitian Tindakan Bidang Pendidikan Dan Sosial, edisi pertama, 13ayu Media Publishing, Malang
DISAMPAIKAN UNTUK MEMENUHI TUGAS PTK SEMESTER VII
OLEH             : Wakhid khambali
DOSEN          : Drs. Ahmad Fauzi M.Ag

0 komentar:

Posting Komentar

Health