BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Fakta dilapangan menunjukkan bahwa banyak siswa kelas XI IPS MA. Hasanuddin Siraman bersikap pasip ketika berlangsung pembelajaran dikelas.
Selama pembelajaran berlangsung siswa menjadi pendengar yang baik. Ketika guru
mejelaskan materi pelajaran kebanyakan mereka diam. Demikianpun ketika guru
memberikan pertanyaan, sebagian besar siswa diam tanpa komentar. Apalagi ketika
guru meminta agar siswa bertanya, merekapun diam. Fakta ini dilatar belakangi
karena siswa kurang diberikan strategi pembelajaran yang memadai. Oleh sebab
itu dalam proses pembelajaran di sekolah dibutuhkan kreativitas dan keaktifan
seorang pengajar dalam membuat strategi belajar mengajar semenarik mungkin
sehingga menimbulkan motivasi belajar siswa khususnya materi fiqih.
Sebagaimana
dijelaskan diatas bahwa proses belajar yang menarik dan aktif adalah keinginan
setiap praktisi pendidikan. Seorang guru dalam sebuah proses belajar mengajar
dituntut untuk menggunakan berbagai metode yang menarik untuk menciptakan
proses belajar yang kondusif. Salah satu metode yang menarik dalam proses
belajar mengajar adalah metode pendekatan aktivitas, dimana dalam prosesnya
lebih mengedepankan atau berpusat pada keaktifan siswa dalam proses belajar
mengajar (Student Center). Dengan pembelajaran yang lebih menekankan
pada keaktifan siswa (Student Activity) diharapkan mampu meningkatkan motivasi
belajar yang pada akhirnya juga diikuti dengan hasil atau prestasi belajar
sesuai dengan tujuan pendidikan.
Fenomena di atas menunjukkan bahwa proses pembelajaran
dengan menekankan pada aktivitas siswa perlu dilaksanakan secara terus menerus.
Hal ini dapat dilakukan apabila pola interaksi antara guru dan siswa terjalin
dengan baik. Namun hal lain yang juga sangat penting dalam melaksanakan
kegiatan tersebut demi meningkatkan motivasi belajar dan aktivitas siswa dalam
proses belajar mengajar adalah kemampuan guru dalam merencanakan suatu proses
kegitan belajar mengajar sehingga tercapai tujuan pembelajaran.
Berdasarkan uraian diatas, peneliti termotivasi untuk
melakukan sebuah penelitian tindakan kelas dengan berfokus pada peningkatan
motivasi belajar siswa dalam bidang fiqih melalui kegiatan pembelajaran berbasis aktivitas.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan pada latar belakang tersebut diatas, maka dalam
penelitian ini penetiti dapat merumuskan beberapa fokus penelitian sebagai
berikut :
1.
Bagaimanan
pendekatan berbasis aktivitas dalam meningkatkan motifasi belajar fiqih dalam
pokok bahasan Huduud pada siswa MA.
Hasanuddin Siraman kelas XI IPS pada semester I Tahun pelajaran 2013/2014 ?
2.
Apakah pendekatan berbasis aktivitas dapat
menumbuhkan motivasi belajar fiqih dalam pokok bahasan Huduud pada siswa MA. Hasanuddin Siraman kelas XI IPS pada
semester I Tahun pelajaran 2013/2014 ?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan pada rumusan masalah tersebut, maka penelitian
tindakan kelas ini bertujuan untuk mengetahui dan mendeskripsikan :
- Tingkat Pendekatan berbasis aktivitas dalam menumbuhkan motivasi belajar fiqih dalam pokok bahasan Huduud pada siswa MA. Hasanuddin Siraman kelas XI IPS pada semester I Tahun pelajaran 2013/2014
- Tingkat dampak kegiatan belajar mengajar dengan menggunakan pendekatan berbasis aktivitas dalam pembelajaran fiqih dalam pokok bahasan Huduud pada siswa MA. Hasanuddin Siraman kelas XI IPS pada semester I Tahun pelajaran 2013/2014
D. Manfaat Penelitian
Dari penelitian ini nantinya diharapkan dapat memberikan
manfaat bagi khazanah keilmuan :
1.
Secara teoritis, penelitian tindakan kelas ini diharapkan
dapat menghasilkan temuan-temuan mengenai strategi pembelajaran dengan
menggunakan pendekatan berbasis aktivitas pada mata pelajaran fiqih
khususnya pada pokok bahasan Huduud pada siswa MA. Hasanuddin Siraman kelas XI IPS pada
semester I Tahun pelajaran 2013/2014
Secara praktis, penelitian tindakan kelas ini bisa
bermanfaat bagi :
a. Guru MA.
Hasanuddin Siraman
Menambah wawasan dan pengetahuan dalam meningkatkan kualitas
pendidikan bidang fiqih
pada siswa kelas XI
semester I Madrasah Aliyah Hasanuddin Siraman melalui implementasi strategi pembelajaran dengan
menggunakan pendekatan berbasis aktivitas, dan pada MA umumnya.
b. Siswa Madrasah Aliyah
Hasanuddin Siraman
Untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa dengan
menggunakan pendekatan berbasis aktivitas khususnya materi Fiqih
c. Lembaga Madrasah Aliyah
Hasanuddin Siraman
Sebagai
satu masukan atau solusi untuk mengetahui hambatan dan kelemahan
penyelenggaraan pembelajaran serta sebagai upaya untuk memperbaiki dan
mengatasi masalah-masalah pembelajaran yang dihadapi di kelas, sehingga dapat
meningkatkan motivasi belajar siswa dengan harapan akan diperoleh hasil
prestasi yang optimal demi kemajuan lembaga sekolah.
d.
Mapenda Kementrian Agama Kabupaten Blitar
Sebagai masukan dalam pelaksanaan proses pembelajaran agar
mengikuti, memperhatikan, dan menerapkan hasil yang diperoleh dari penelitian
ini, sehingga kelemahan pelaksanaan dalam proses belajar mengajar di lapangan
pendidikan dapat diperbaiki sesuai dengan rekomendasi dari hasil - hasil
penelitian tindakan kelas.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Motivasi Belajar Fiqih
1. Pengertian Motivasi
Istilah motivasi berasal dari kata latin "movere"
yang artinya bergerak (Stresser, 144t). Adapun pengertian mengenai motivasi
menurut para ahli, antara lain : menurut Teaven dan Smith (146) konstruksi yang
mengaktifkcan dan mengarahkan prilaku dengan memberi dorongan atau daya pada
organisme untuk melakukan suatu aktivitas. Menurut Chauhan (14?8) motivasi
adalah suatu proses yang menimbulkan aktivitas pada organisme sehingga terjadi
suatu prilaku. Wordworth (Petri, 1481; Franken, 1982) r-nengggunakan
istiiah Drive rtau mativasi adalah suatu kanstruksi dengan tiga
karakteristik yaitu intensitas, arah dan persisten. Artinya motfvasi dengan
intensitas yang e,ukup akan memberikan arah kepada individu untuk melakukan
sesuatu secara tekun dan secara terus menerus (Djalali, 2001). Menurutnya
motivasi digelongkan menjadi tiga hagian, pertama, Orgcrraik needs (kebutuhan
vital, seperti : makan, minum, dan lainlain). Kedua, Emergency motives,
ditirnbulkan karena suatu kebutuhan yang harus terpenuhi dan tergantung pula
pada keadaan lingkungan. Ketiga, Objectives motives dan interest (L3akir,
1993). Menurut Eysenk dan kazvankatuan motivasi dirumuskan sebagai suatu
proses yang menentukan suatu tingkatan kegiatan, intensitas, konsistensi, serta
arah umum dari tingkah laku manusia, merupakan konsep yang rumit dan berkaitan
dengan konsep-konsep seperti minat, bakat, konsep diri, sikap dan sebagainya.
Menurut Maslow (1943, 1970) motivasi suatu proses tingkah laku manusia yang
dibangkitkan dan diarahkan oleh kebutuhan tertentu seperti harga diri
diantaranya (Slameto, 2003). David McClelland, Abraham Maslow, Wan dan Brown
seperti dikutip oleh Wahjosumidjo (1983), bahwa motivasi adalah suatu proses
psikologis yang mencerminkan interaksi antara sikap, kebutuhan, persepsi dan
kepuasan yang terjadi pada diri seseorang (Kosasih, 2004). Sedangkan menurut
McDonald motivasi ialah suatu perubahan energi di dalam pribadi seseorang yang
ditandai dengan timbulnya afek-tif dan reaksi untuk mencapai tujuan. Dilihat
dari komponennya motivasi memiliki dua komponen, yaitu : komponen dalam (Inner
Component) dan komponen luar (Outer Component). Komponen dalam ialah
perubahan di dalam diri seseorang, keadaan tidak puas, ketegangan atau
kecemasan psikologis (Anxiety Of Psychology). Komponen luar adalah apa
yag di inginkan seseorang, tujuan yang menjadi arah perbuatannya (Hamalik,
2002).
Serdasarkan beberapa pendapat dari para ahli diatas penulis
menyimpulkan bahwa motivasi belajar aqidah akhlak adalah suatu kekuatan
(Power), tenaga (Forces), serta daya (Energy), atau suatu keadaan
yang sangat kompleks (A Complex State) dan kesiapsedian (Preparatory
Set), dalam diri ir.dividu untuk bergerak (To A-love, Alotion, Motive) kearah
tujuan tertentu, baik disadari atau tidak disadari dan dalam hal ini mengenai
semua aspek dalam bidang aqidah akhlak. Motivasi tersebut timbul dan tumbuh
dari dalam diri individu (Instrinsik) dan dari luar diri individu (Ekstrinsik)
2. Jenis - Jenis
Motivasi
Salah satu fungsi pengajaran adalah memberikan motivasi
kepada siswa agar mereka bisa melaksanakan tugas - tugasnya dengan sebaik
mungkin secara efektif dan produktif. Adapun mengenai motivasi terbagai menjadi
dua macam, yaitu : motivasi instrinsik dan motivasi ekstrinsik.
a. Motivasi Instrinsik (Instrinsic
Motivation)
Motivasi Instrinsik adalah motif - motif yang menjadi aktif atau
berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam diri individu sudah
ada dorongan untuk melakukan sesuatu. Dengan kata lain motivasi intrinsik adalah motivasi atau
dorongan yang timbul dari dalam diri siswa sendiri, misalnya keinginan untuk
mendapatkan keterampilan tertentu, keinginan untuk beramal, keinginan untuk
menguasai nilai - nilai yang terkandung dalam pelajaran yang diajarkan, bukan
karena keinginan lain seperti mendapat pujian, hadiah, nilai yang tinggi, dan
lain sebagainya.
b. Motivasi Ekstrinsik (Ekstrinsic
Motivation)
Motivasi ekstrinsik merupakan
kebalikan dari motivsi instrinsik. Motivsi ekstrinsik adalah dorongan yang
aktif yang muncul karena adanya faktor perangsang dari luar, misalnya diakui,
dipuji, diberi hadiah, dicela, dan sebagainya semuanya berpengaruh terhadap
sikap dan prilaku siswa dalam proses belajar mengajar.
Bila seseorang telah memiliki
motivasi instrinsik dalam dirinya, maka ia secara sadar akan melakukan suatu
kegiatan yang tidak memerlukan motivsi dari luar dirinya. Dalam ak-tivitas
belajar, motivasi instrinsik sangat dibutuhkan. Seseorang yang tidak memiliki
motivasi instrinsik sulit sekali melakukan ak-tivits belajar secara terus
menerus. Perlu ditegaskan, bahwa anak didik yang memiliki motivasi instrinsik
cenderung akan menjadi orang yang terdidik, berpengetahuan, memiliki keahlian
tertentu dan gemar belajar.
c. Motivasi Ekstrinsik (Ekstrinsic
Motivation)
Motivasi ekstrinsik
meraapakan kebalikan dari motivasi instrinsik. Motivsi ekstrinsik adalah
dorongan yang aktif yang muncul karena adanya faktor perangsang dari luar,
misalnya diakui, dipuji, diberi hadiah, dicela, dan sebagainya semuanya
berpengaruh terhadap sikap dan prilaku siswa dalam proses belajar mengajar.
Motivasi ekstrinsik bukan berarti motivsi yang tidak
diperlukan dan tidak baik dalam pendidikan. Motivsi ekstrinsik diperlukan agar
anak didik mau belajar. Berbagai macam cara bisa dilakukan agar anak didik
termotivasi untuk belajar. Guru yang berhasil adalah guru yang bisa
membangkitkan minat siswa. Karena itu, guru harus bisa dan pandai menggunakan
motivasi ekstrinsik ini dengan akurat dan benar dalam menunjang proses
interaksi edukatif di kelas (Djamarah, 2QQ2).
3. Prinsip- Prinsip Motivasi
Beberapa prinsip motivasi
yang dapat dijadikan pedoman dalam proses belajar mengajar, antara lain :
a. Prinsip Kompetisi
Prinsip kompetisi adalah
persaingan secara sehat, baik inter maupun antar pribadi. Kompetisi inter
pribadi (Self Competition) adalah kompetisi dalam diri pribadi masing-masing
dari tindakan atau unjuk kerja dalam dimensi tempat dan waktu. Sedangkan kompetisi
antar pribadi adalah persaingan antara individu yang satu dengan yang lain.
Dengan adanya persaingan yang sehat, dapat ditimbulkan motivasi untuk bertindak
secara lebih baik. Salah satu bentuk misainya perlombaan karya tulis, lomba
menjadi sisura teladan, lomba keterampilan dan lain sebagainya. Kompetisi juga
dapat dilakukan antar sekolah untuk mendorong siswa melakukan berbagai upaya
unjuk kerja belajar yang baik.
b. Prinsip Pemacu
Dorongan untuk melakukan
berbagai tindakan akan terjadi apabila ada pemacu tertentu. Pemacu ini dapat
berupa informasi, nasehat, amanat, percontohan, dan lain-lain. Dalam hal ini
motif teratur untuk mendorong agar selalu melakukan berbagai tindakan dan unjuk
kerja melalui konsultasi pribadi, nasehat atau amanat dalam upacara, ceramah
keagamaan, bimbingan, pembinaan, dan lain sebagainya.
c. Prinsip ganjaran dan hukuman
Ganjaran yang diterima
seseorang dapat meningkatkan motivasi untuk melakukan sesuatu yang menimbulkan
ganjaran itu. Setiap unjuk kerja yang baik apabila diherikan sebuah reward yang
memadai cenderung akan menimbulkan motivasi. Misalnya pemberian hadiah kepada
siswa yang berprestasi. Selain prinsip ganjaran, prinsip hukuman juga dapat
menimbulkan motivasi siswa untuk tidak lagi melakukan tindakan yang menyebabkan
hukuman itu. Hal yang harus diterapkan secara proporsional dan benar-benar
dapat memberikan motivasi.
d. Prinsip Kejelasan Dan Kedekatan
Tujuan
Makin jelas dan makin dekat
suatu tujuan, maka makin mendorong seseorang untuk melakukan tindakan.
Sehubungan dengan prinsip ini, maka seyogyanya setiap siswa memahami tujuan
belajarnya secara jelas.
Hal itu dapat dilakukan
dengan memberikan penjelasan suatu tujuan dari tindakan yang diharapkan. Cara
lain adalah dengan membuat tujuan-tujuan yang masih umum dan jauh menjadi
tujuan yang khusus dan lebih dekat.
e. Pemahaman Hasil
Dalam uraian diatas, telah dikemukakan bahwa hasil yang dicapai seseorang
merupakan balikan dari apa yang telah dilakukannya, dan itu semua dapat
memberikan motivasi untuk melakukan tindakan selanjutnya. Perasaan sukses yang ada pada
diri seseorang akan mendorongnya untuk selalu memelihara dan meningkatkan kerja
agar terus menjadi lebih baik lagi. Pengetahuan tentang balikan, memiliki
kaitan erat dengan kepuasan yang dicapai. Sehubungan dengan hal tersebut, para
pengajar seyogyanya selalu memberikan balikan kepada setiap unjuk kerja yang
telah dihasilkan oleh setiap siswa. Misalnya mengembalikan tugas-tugas yang
telah dibuat siswa dengan nilai dan komentarnya. Umpan balik (Feedback) seperti
ini akan sangat bermanfaat untuk mengukur derajat hasil belajar yang telah
dihasilkan untuk keperluan perbaikan dan peningkatan selanjutnya. Para siswa
hendaknya selalu dipupuk untuk memiliki rasa sukses dan terhindar dari berkembangnya
rasa gagal.
f. Pengernbangan Minat
Minat dapat diartikan sebagai
rasa senang atau tidak senang dalam menghadapi suatu objek. Prinsip dasarnya
adalah motivasi seseorang cenderung akan meningkat apabila yang bersangkutan
memiliki minat yang besar dalam melakukan tindakannya. Dalam hubungan ini
motivasi dapat dilakukan dengan jalan menimbulkan atau mengemhangkan minat
siswa dalam melakukan kegiatan belajar. Dengan demikian siswa akan memperoleh
kepuasan dan unjuk kerja yang baik. Pada akhimya dapat menumbuhkan motivasi
belajar secara efektif dan produktif.
g. Lingkungan Yang Kondusif
Lingkungan kerja yang
kondusif, baik lingkungan fisik, sosial, maupun psikologis, dapat menumbuhkan
dan mengembangkan motif untuk bekerja dengan baik dan produktif. Untuk itu
dapat diciptakan lingkungan fisik yang sebaik mungkin, misalnya kebersihan
ruangan, tata letak, fasilitas, dan sebagainya. Demikian pula lingkungan sosialpsikalagis
seperti hubugan antar pribadi, kehidupan kelompok, kepimimpinan, promosi,
bimbingan, kesempatan untuk maju, kekeluargaan dan sebagainya.
h. Keteladanan
Prilaku guru secara langsung
atau tidak langsung mempunyai pengaruh terhadap prilaku murid yang sifatnya
positif maupun negatif. Prilaku guru dapat meningkatkan motivasi belajar.
Sehubungan dengan itu, maka sangat diharapkan agar prilaku guru dapat menjadi
sumber keteladanan bagi para siswanya. Dengan contoh-contoh yang dapat
diteladani, para siswa dapat lebih meningkatkan produktivitas belajar mereka.
Sehubungan dengan hal diatas, ada beberapa prinsip belajar
dan motivasi yang disampaikan oleh Hamalik (2002), agar mendapatkan perhatian
dari pihak perencana pengajaran khususnya dalam merencanakan kegiatan belajar
mengajar.
Prinsip tersebut dapat digunakan oleh pendidik dalam peningkatan
motivasi peserta didik dalam mengikuti belajar mengajar, sehingga didapatkan
prestasi belajar yang optimal, diantaranya: 1) Kebermaknaan. Suatu
bidang studi akan lebih bermakna bagi siswa apabila guru herusaha
menghubungkannya dengan pengalaman yang mereka miliki sebelumnya (masa lampau).
Sesuatu yang menarik minat dan bernilai tinggi bagi siswa berarti bermakna
baginya. Oleh sebab itu guru hendaknya berusaha menyesuaikan pelajaran dengan
minat para siswanya, dengan cara memberikan kesempatan kepada siswa berperan
serta memilih. 2) Modelling. Siswa akan suka memperoleh tingkah laku
baru bila disaksikan dan ditirunya. Pelajaran akan lebih mudah dihayati dan
diterapkan oleh siswa jika guru mengupayakan mengajarkan dalam bentuk tingkah
laku model, bukan hanya dengan mencerahkan atau menceritakan secara lisan.
Dengan model tingkah laku itu, siswa dapat mengamati dan menirukan apa yang
diinginkan oleh guru. 3) Komunikasi Terbuka. Siswa lebih suka belajar
apabila penyajian terstruktur supaya pesan-pesan guru terbuka terhadap
pengawasan siswa. 4) Prasyarat. Apa yang telah dipelajari oleh siswa
sebelumnya mungkin merupakan faktor penting yang dapat menentukan keberhasilan
siswa dalam belajar. Karena itu hendaknya guru berusaha mengetahui atau
mengenali prasyarat- prasyarat yang telah mereka miliki. Siswa yang berada
dalam kelompok yang bersyarat akan mudah mengamati hubungan antara pengetahuan
yang sederhana yang telah mereka miliki dengan pengetahuan yang kompleks yang
akan dipelajari. 5) Novelty. Siswa akan lebih senang belajar bila
perhatiannya ditarik oleh penyajian-penyajian yang baru (Novelty) atau
masih asing. 6) Latihan atau Praktik yang Aktif dan Bermanfaat. Praktik
secara aktif berarti siswa mengerjakan sendiri, bukan mendengarkan ceramah dan
mencatat pada buku tulis. 7) Latihan Terbagi. Siswa lebih senang
belajar, jika latihan di bagi menjadi sejumlah kurun waktu yang pendek. Latihan
yang demikian akan meningkatkan motivasi siswa dalam belajar dibandingkan
dengan latihan yang dilakukan sekaligus dalam jangka waktu yang panjang. 8) Kurangi
secara sistematis Paksaan belajar. Akan tetapi bagi siswa yang sudah mulai
menguasai pelajaran, maka secara sistematis pemompaan itu dikurangi dan
akhirnya siswa dapat belajar sendiri. 9) Kondisi yang menyenangkan. Siswa
akan lebih senang melanjutkan belajarnya jika kondisi pengajarannya
menyenangkan.
B. Fiqih
1. Pengertian Fiqih
1.
Bahasa
Kata fiqih ( فقه ) secara bahasa punya dua makna. Makna pertama adalah al-fahmu
al-mujarrad (الفهم المجرّد ), yang artinya adalah mengerti secara langsung atau sekedar
mengerti saja.
Makna yang kedua adalah al-fahmu ad-daqiq (الفھم الدقیق) yang artinya adalah mengerti atau
memahami secara mendalam dan lebih luas.
Kata fiqih yang berarti sekedar mengerti atau memahami, disebutkan di dalam
ayat Al-Quran Al-Karim, ketika Allah menceritakan kisah kaum Nabi Syu’aib
alaihissalam yang tidak mengerti ucapannya.
قَالُوا
يَا شُعَيْبُ مَا نَفْقَهُ كَثِيرًا مِمَّا تَقُولُ
“Mereka berkata: "Hai
Syu’aib, kami tidak banyak mengerti tentang apa yang kamu katakan itu." (QS. Hud: 91)
Di ayat
lain juga Allah SWT berfirman menceritakan tentang orang-orang munafik yang
tidak memahami pembicaraan.
فَمَالِ
هَؤُلاءِ الْقَوْمِ لا يَكَادُونَ يَفْقَهُونَ حَدِيثًا
Katakanlah: "Semuanya
(datang) dari sisi Allah". Maka mengapa orang-orang itu (orang munafik)
hampir-hampir tidak memahami pembicaraan sedikit pun?” (QS. An Nisa:78)
Sedangkan
makna fiqih dalam arti mengerti atau memahami yang mendalam, bisa temukan di
dalam Al- Quran Al-Karim pada ayat berikut ini :
وَمَا
كَانَ الْمُؤْمِنُونَ لِيَنْفِرُوا كَافَّةً فَلَوْلا نَفَرَ مِنْ كُلِّ فِرْقَةٍ
مِنْهُمْ طَائِفَةٌ لِيَتَفَقَّهُوا فِي الدِّينِ وَلِيُنْذِرُوا قَوْمَهُمْ إِذَا
رَجَعُوا إِلَيْهِمْ لَعَلَّهُمْ يَحْذَرُونَ
"Tidak sepatutnya bagi
mukminin itu pergi semuanya. Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di
antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama
dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali
kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya." (QS. At-Taubah :122)
Dalam
prakteknya, istilah fiqih ini lebih banyak digunakan untuk ilmu agama secara
umum, dimana seorang yang ahli di bidang ilmu-ilmu agama sering disebut sebagai
faqih, sedangkan seorang yang ahli di bidang ilmu yang lain, kedokteran atau
arsitektur misalnya, tidak disebut sebagai faqih atau ahli fiqih.
2. Istilah
Sedangkan secara istilah, kata fiqih didefinisikan oleh para ulama dengan
berbagai definisi yang berbeda-beda. Sebagiannya lebih merupakan ungkapan
sepotong-sepotong, tapi ada juga yang memang sudah mencakup semua batasan ilmu
fiqih itu sendiri.
Al-Imam Abu Hanifah punya
definisi tentang fiqih yang unik, yaitu :
معرفة
النفس مالها وما عليها
"Mengenal jiwa manusia
terkait apa yang menjadi hak dan kewajibannya.”
Sebenarnya definisi ini masih terlalu umum, bahkan masih juga mencakup wilayah
akidah dan keimanan bahkan juga termasuk wilayah akhlaq. Sehingga fiqih yang
dimaksud oleh beliau ini disebut juga dengan istilah Al-Fiqhul Akbar.
Adapun definisi yang lebih mencakup ruang lingkup istilah fiqih yang dikenal
para ulama adalah:
العلمُ
بالاحكامِ الشّرعِيَّةِ العَمَلِيِّةِ المُكْتَسَبُ مِنْ أدِلَّتِها التَّفْصِيْلِيَّةِ
”Ilmu yang membahas
hukum-hukum syariat bidang amaliyah (perbuatan nyata) yang diambil dari
dalil-dalil secara rinci,”
Secara
sederhana kita bisa simpulkan bahwa fiqih adalah kesimpulan hukum-hukum
bersifat baku hasil ijtihad ulama yang bersumber dari Al-Quran, sunnah, ijma,
qiyas dan dalildalil yang ada.
C.
Pendekatan Berbasis Aktivitas
Dalam
aktivitas pembelajaran di sekolah, guru harus mengusahakan agar siswa dapat
melakukan proses belajar secara efektif agar memperoleh hasil pembelajaran yang
sebaik-baiknya. Dalam kemajuan metodologi proses belajar mengajar saat ini asas
aktivitas (Student activity) lebih di tonjolkan melalui suatu program unit
activity, sehingga kegiatan belajar siswa menjadi dasar untuk mencapai tujuan
dan hasil belajar yang lebih memadai.
Dari
beberapa macam aktivitas menunjukkan bahwa dalam kegiatan belajar mengajar,
aktivitas siswa sangat diperlukan dalam memenuhi tujuan pengajaran. Sehingga
dalam suatu kegiatan pengajaran, aktivitas siswa harus disesuaikan dengan
materi pengajaran yang akan disampaikan oleh guru kepada siswa.
Menurut
Hamalik (2001) ada beberapa jenis aktivitas yang disampaikan oleh para ahli,
antara lain : (1) Kegiatan-kegiatan visual. (2) Kegiatan-kegiatan lisan. (3)
Mendengarkan. (4) Menulis. (5) Menggambar. (6) Metrik. ('7) Mental. (8)
Emosional. (9) Berpikir. (10) Mengingat Adapun penjelasannya sebagai berikut :
1.
Kegiatan Visual. Yang termasuk kegiatan ini adalah membaca,
meiihat gambar-gambar, mengamati eksperimen, demonstrasi, pameran, dan
mengamati orang lain bekerja atau bermain.
2.
Kegiatan-kegiatan Lisan. Kegiatan mengemukakan suatu fakta
atau prinsip, menghubungkan suatu kejadian, mengajukan pertanyaan, memberi
saran, mengemukakan pendapat, wawancara, diskusi, dan instrupsi adalah
implementasi dari kegiatan lisan.
3.
Kegiatan Mendengarkan. Dalam proses belajar mendengarkan
adalah salah satu hal yang dilakukan, karena melalui aktivitas ini seorang
siswa dapat memahami bahan pelajaran yang diajarkan.
4.
Kegiatan Menulis, misalnya: menulis cerita, laporan, mengarang,
membuat rangkuman, mengerjakan tes dan mengisi angket.
5.
Kegiatan Menggambar, seperti membuat grafik, chart, diagram,
dan lain sebagainya.
6. Kegiatan Metrik. Kegiatan
dalam bidang metrik antara lain melakukan percobaan, memilih alat-alat,
melaksanakan pameran, membuat model, menyelenggarakan permainan, menari dan
berkebun.
7. Kegiatan mental, meliputi
memecahkan masalah, mengingat, menganalisis, melihat hubungan - hubungan dan
membuat keputusan.
8. Kegiatan Emosional.
Kegiatan- kegiatan daiam kelompok ini terdapat dalam semua jenis kegiatan dan
overlap satu sama lain. Dari kegiatan ini diharapkan bisa menimbulkan minat,
berani, tcnang, dan lain- lain.
9. Berpikir. Berpikir
termasuk aktivitas belajar. Dengan berpikir orang memperoleh penemuan baru, setidak-tidaknya
orang menjadi tahu tentang hubungan antar sesuatu.
10. Mengingat. Mengingat yang
didasari atas kebutuhan serta kesadaran untuk mencapai tujuan belajar lebih
lanjut adalah termasuk aktivitas belajar, apalagi mengingat itu berhubungan
dengan aktivitas-aktivitas balajar lainnya (Ahamadi dan Supriyono, 1991).
Dari beberapa macam aktivitas diatas menunjukkan bahwa dalam
kegiatan belajar mengajar, aktivitas siswa sangat diperlukan dalam memenuhi
tujuan pengajaran. Sehingga dalam suatu kegiatan pengajaran, aktivitas siswa
harus disesuaikan dengan materi pengajaran yang akan disampaikan oleh guru
kepada siswa.
D.
Hipotesis Tindakan
Berdasarkan
pada permasalahan dalam penelitian tindakan yang berjudul "Penerapan Model
Pembelajaran Berbasis Aktivitas Untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Fiqih Pokok
Bahasan Huduud Siswa Kelas XI PAS MA. Hasanuddin Siraman" yang dilakukan
oleh peneliti, dapat dirumuskan hipotesis tindakan sebagai berikut : Jika
strategi pembelajaran yang selama ini digunakan oleh guru Madrasah Aliyah dalam
kegiatan belajar mengajar siswa kelas XI semester I MA Hasanuddin Siraman,
diganti dengan strategi pembelajaran berbasis aktivitas, maka dimungkinkan akan
berpengaruh terhadap peningkatan motivasi belajar dan diikuti dengan prestasi
belajar fiqih pokok huduud.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Setting Penelitian
Lokasi penelitian tindakan ini adalah Madrasah Aliyah Hasanuddin Siraman,
kelas XI
IPS smester I terdiri dari 12 siswa dan 16 siswi.
Kondisi kelas ukuran ruangan 5m x 7m, dengan fentilasi pencahayaan ruangan cukup standard. Lama
penelitian kurang lebih satu bulan dimulai dari tanggal 21 Oktober sampai 25 Nopember
2013,
sedangkan subjek dalam penelitian ini ditentukan berdasarkan faktor perbedaan
kemampuan belajar antar siswa, dan kondisi lingkungan lokasi penelitian.
B. Prosedur Penelitian
Subyek penelitian ini adalah siswa kelas XI MA Hasnuddin Siraman pada
tahun pelajaran 2013/2014.
Penelitian ini termasuk jenis penelitian tindakan kelas yang ingin mengungkap
seberapa tinggi Tingkat efektifitas Pendekatan berbasis aktivitas dalam menumbuhkan
motivasi belajar fiqih
pokak bahasan Huduud
pada siswa kelas XI IPS.
Penelitian ini dilakukan dua siklus, masing-masing siklus terdiri
dari dua
tatap muka (pertemuan).
Proses
Penelitian Tindakan
Refleksi
awal, kelas XI
smester I materi fiqih bab Huduud sangat pasip, siswa hanya mendengar dan menyimak, bagaimana
guru dapat meningkatkan motivasi belajar agar siswa aktip?
1. Perencanaan
Meliputi penyampaian materi Fiqih khususnya bab Huduud, latihan dengan
mengerjakan beberapa soal, pembahasan latihan soal, keaktifan siswa dalam
menjawab pertanyaan dan motivasi siswa.
2.
Tindakan (action) kegiatan mencakup
a. Siklus I dimulai dari refleksi awal,
kemudian dilanjutkan dengan perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi
akhir.
b. Siklus II (sama dengan siklus I)
3.
Observasi (pengamatan)
Pada tahap ini peneliti akan mengadakan pengamatan hasil
belajar siswa dari keaktifan siswa yaitu :
1). Keaktifan siswa dalam diskusi
2). Banyaknya siswa yang bertanya
3). Banyaknya siswa yang menjawab pertanyaan guru/siswa lain
4). Memberikan pendapat
4. Refleksi
Pada kegiatan akhir tiap siklus perlu adanya pembahasan
antara siklus-siklus tersebut untuk dapat menentukan kesimpulan atau hasil
penelitian.
C.
Metode Pengumpulan Data
Dalam penelitian tindakan ini peneliti menggunakan beberapa
prosedur pengumpulan data agar memperoleh data yang objektif. Beberapa teknik
pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini, antara lain:
1.
Observasi
Obsevasi diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan secara
sistematik terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian (Zuriah, 2003).
Pengamatan dan pencatatan yang dilakukan terhadap objek ditempat terjadi atau
berlangsungnya peristiwa.
Ada dua observasi yang dilakukan oleh peneliti dalam
penelitian tindakan ini, diantaranya : (I) Obsevasi langsung, adalah
pengamatan yang dilakukan dimana observer berada bersama dengan objek yang
selidiki. Artinya peneliti ikut berpartisipasi secara langsung saat peristiwa
terjadi. (2) Obsevasi tidak langsung, adalah observasi yang dilakukan
dimana observer tidak berada bersama dengan objek yang diselidiki. Tetapi, peneliti
menggunakan daftar cek (Check List) dalam menggali atau mengumpulkan
data ketika menggunakan terknik ini.
- Wawancara
Wawancara merupakan salah
satu prosedur terpenting untuk mengumpulkan data dalam penelitian kualitatif,
sebab banyak informasi yang diperoleh peneliti melalui wawancara. Wawancara
dilakukan peneliti untuk memperoleh data sesuai dengan kenyataan pada saat
peneliti melakukan wawancara. Wawancara dalam penelitian ini ditujukan kepada
siswa kelas XI IPS
dan guru - guru kelas XI IPS
Madrasah Aliyah Hasanuddin Siraman.
- Dokumentasi
Zuriah (2003), menjelaskan
bahwa dokumentasi merupakan salah satu cara untuk mengumpulkan data melalui
peninggalan tertulis, terutama berupa arsip-arsip dan termasuk juga buku-buku tentang pendapat,
teori, dalil, atau hukum -hukum lain yang berhubungan dengan masalah
penelitian.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. DESKRIPSI PERSIKLUS.
Dari
hasil evaluasi terhadap siswa kelas XI IPS MA.
Hasanuddin sebelum dan sesudah dilakukan perbaikan pembelajaran pada
siklus I dan siklus II dapat diperoleh data sebagai berikut:
Hasil pengolahan data mata
pelajaran Fiqih materi Huduud
NO
|
Nama Siswa
|
Siklus I
|
Siklus II
|
Ket
|
1
|
ANGGUN NANDA PRATAMA
|
70
|
75
|
|
2
|
ANY NINGTYAS
|
80
|
90
|
|
3
|
BAYU TIO ANGGORO
|
65
|
75
|
|
4
|
BELLA KODYA MEGA FIRDAUS
|
70
|
70
|
|
5
|
DIDIK SISWANTO
|
65
|
65
|
|
6
|
DINA MARIANA
|
80
|
90
|
|
7
|
DWI RITA SARI
|
60
|
70
|
|
8
|
HARUN
|
70
|
80
|
|
9
|
IIS HIDAYATI
|
65
|
80
|
|
10
|
INDANAH
|
70
|
80
|
|
11
|
JUWIKA MAYASARI
|
60
|
75
|
|
12
|
KHAMIM SADEWO
|
60
|
70
|
|
13
|
LINA SUCI WAHYU NINGSIH
|
65
|
80
|
|
14
|
M. ALWI ADAM ARIFIN
|
60
|
70
|
|
15
|
M. KHALIQ NUGROHO
|
65
|
65
|
|
16
|
M. SABUT SUAYYIN
|
70
|
75
|
|
17
|
NINIK SUSANTI
|
70
|
75
|
|
18
|
NOVENDY PRIMA SAPUTRA
|
65
|
75
|
|
19
|
NURMA ERVINA DAMAYANTI
|
70
|
85
|
|
20
|
NURVITA PUTRI
|
80
|
90
|
|
21
|
RAHMAD WIDODO
|
60
|
70
|
|
22
|
RANDY PRASETYO
|
70
|
75
|
|
23
|
REKA YUNIAWATI
|
60
|
75
|
|
24
|
ROIS AJI SAPUTRA
|
65
|
75
|
|
25
|
SAIFUL ANWAR
|
70
|
80
|
|
26
|
SINTA MUSTAFIA
|
70
|
80
|
|
27
|
SITI FATIMAH
|
70
|
80
|
|
28
|
VIKI OKTAVIA
|
70
|
85
|
|
|
Jumlah
|
1895
|
2155
|
|
|
Rata-rata
|
67.7
|
76,9
|
|
|
Prosentase Ketuntasan
|
67.7
|
76,9
|
|
|
Prosentase Tidak Tuntas
|
32,3
|
23,1
|
|
B. Pembahasan dari setiap siklus
Pada Pembelajaran Fiqih siklus I tingkat penguasaan siswa
terhadap penjumlahan pecahan masih
sangat rendah: dari 28 orang siswa hanya 15 yang memperoleh nilai 70 keatas dengan nilai rata-rata 67,5%.
Pada Siklus II terjadi perubahan menjadi rata-rata 76,9
%.
Dari
hasil pengamatan dan diskusi dengan teman sejawat kemajuan tersebut disebabkan
oleh membaiknya kualitas pembelajaran. Siswa sudah aktif dalam kerja
kelompok dan guru sudah menggunakan media secara optimal disertai
metode yang tepat dan bervariasi. Di samping itu penjelasan dengan hahasa yang
mudah dimengerti dengan contoh kongkrit, bergairah, dan senang menerima
pelajaran.
BAB V
KESIMPULAN SARAN
A. Kesimpulan
Dari
hasil perbaikan pembelajaran yang telah dilaksanakan dapat ditarik kesimpulan sebagai
berikut:
1. Penggunaan metode yang tepat dan media yang menarik
dapat meningkatkan interaksi belajar siswa.
2.
Penjelasan dengan bahasa yang
mudah di mengerti dan disertai dengan contoh-contoh
dapat meningkatkan pemahaman siswa terhadap pembelajaran matematika.
3. Dengan mengaktifkan kerja kelompok dan bimbingan yang
intensif membantu siswa bargairah dakam mengerjakan latihan dan tugas pada
pembelajaran Fiqih bab Hudud
4. Motivasi dan memberi penguatan yang
tepat dari guru dan orang tua membantu siswa semakin bergairah untuk belajar.
B.
Saran
Berdasarkan
kesimpulan yang dikemukakan tadi, ada beberapa hal yang sebaiknya dilakukan oleh
guru dalam meningkatkan pemahaman siswa untuk dapat menjumlahkan pecahan
yang sama penyebutnya pada pembelajaran matematika dan menulis dialog sederhana
pada pembelajaran Bahasa Indonesia adalah:
1.
Menggunakan media secara optimal
dan menggunakan metode yang bervariasi sehingga suasana pembelajaran
menyenangkan bagi siswa dan guru (situasi PAKEM).
2.
Memberikan waktu yang cukup bagi
siswa untuk berlatih.
3.
Penjelasan yang lancar, mudah
dimengerti, dan sistimatis.
4.
Penejelasan materi dengan
contoh-contoh yang konkrit.
5. Tanggap terhadap siswa yang mengajukan pertanyaan dan
memberikan pujian kepada siswa yang menjawab pertanyaan dengan
benar.
DAFTAR PUSTAKA
-
Bogdan, R., & Biklen, S. 1982. qualitative research in
education, Allyn & Bacon, Boston
-
Dakir, 1993. Dasar-Dasar Psikologi, Pustaka Pelajar,
Yogyakarta
-
Djalali, M. As'ad. 2001. Psikologi _Motivasi Minat
Jabatan, Intelegensi, Bakat dan Motivasi Kerja, Wineka Media, Malang
-
Djamarah, S. B. 2002. Psik.ologi Belajar, PT. Rineka
Cipta, Jakarta
-
Guba, E.G., & Lincoln, Y.S. 1981. Effective
Evaluation, Jossey-Bass Publishers, Sanfransisco
-
Hamalik, O. 2002. Perencanaan Pengajaran Berdasarkan
Pendekatan Sistem, PT. Bumi Aksara, Jakarta
-
Hamalik, Oemar. 2002. Psikologi Belajar dan Mengajar, Penerbit
Sinar Baru Algensindo, Bandung
-
Kosasih, Andreas. 2004. Peranan Motivasi terhadap Hasil
Belajarnya Siswa, Tabularasa, Vol. 2, No. 3
-
Mandhur , Muhammad bin, Lisanul Arab, madah : fiqih Al-Mishbah
Al-Munir
-
Miles, M.B., & Huherman, A.M. 1984. .Analisis Data
Kualitatif. Terjemahan oleh Tjejep Rohendi Rohidi, Universitas Indonesia,
Jakarta
-
Moeleng, L.J. 1995. Metodologi Penelitian Kualitatif. PT.
Remaja Rosdakarya, Bandung
-
Moeleng, L.J. 2000. Metodologi Penelitian Kualitatif. PT.
Remaja Rosdakarya, Bandung
-
Nasution, S. 1998. Metode Penelitian .Naturalistic
Kualitatif, Penerbit Tarsito, Bandung
-
Zuriah, N. 2003. Penelitian Tindakan Bidang Pendidikan
Dan Sosial, edisi pertama, 13ayu Media Publishing, Malang
DISAMPAIKAN UNTUK MEMENUHI TUGAS PTK
SEMESTER VII
OLEH :
Wakhid khambali
DOSEN :
Drs. Ahmad Fauzi M.Ag
0 komentar:
Posting Komentar