PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
1.
Uraian
Teori
Pendididkan adalah hal
penting dalam kehidupan manusia guna mengembangkan sumber daya manusia.
Pendidikan merupakan persoalan yang pelik dan merupakan tugas Negara yang amat
penting. Pendidikan itu merupakan kunci dan tanpa kunci itu usaha akan gagal.[1]
Salah satu bagian dari pendidikan adalah proses belajar mengajar di sekolah. Proses
belajar/mengajar adalah fenomena yang komplek.[2] Segala sesuatunya berarti
setiap kata, pikiran, tindakan, dan asosiasi serta sampai sejauh mana mengubah
lingkungan, presentasi, dan rancangan pengajaran, sejauh itu pula proses
belajar berlangsung (Lozanov, 1978).[3]
Belajar mengajar akan lebih baik jika proses belajar
tertata dengan baik, pelajaran disampaikan dengan terstruktur guna mencapai
tujuan pendidikan yang lebih baik. Bahan ajar sangat diperlukan dalam
menyampaikan dan mendeskripsikan materi pelajaran guna membantu guru dalam
menyampaikan informasi penting dalam pendidikan.
Guru memiliki peran penting
dalam pengembangan pengetahuan, seorang guru haruslah professional dalam
melaksanakan tugasnya. Untuk menjadi professional guru harus menempuh
pendidikan guru untuk memberi layanan professional. Tujuan pendidikan guru
adalah membentuk kemampuan anak. Adapun tujuan pendidikan prajabatan guru
adalah; (1) penguasaan bahan ajar, (2) penguasaan teori dan ketrampilan
keguruan, (3) pemilikan kemampuan memperagakan untuk kerja, (4) pemilikan
sikap, nilai, dan kepribadian, dan (5) pemilikan kemampuan melaksanakan tugas
professional lain dan tugas administrasi rutin.[4]
Guru PAI yang profesional dituntut
memiliki lima hal, yaitu:[5]pertama,
guru mempunyai komitmen pada peserta didik dan proses belajarnya. Ini
berarti bahan komitmen tertinggi guru adalah kepada kepentingan peserta didik,
yang diharapkan menjadi generasi penerus yang qurrota a’yun dan imam
lil-muttaqin. Kedua, guru menguasai secara mendalam ilmu/materi pelajaran
yang diajarkannya serta mengamalkannya secara konsisten, baik untuk amalan
pribadi maupun untuk peserta didik dengan cara mengajarkan dan
men-transinternalisasikannya kepada peserta didik. Ketiga, guru
bertanggung jawab memantau hasil belajar peserta didik melalui berbagai teknik
evaluasi, mulai dalam pengamatan berprilaku pesrta didik sampai tes hasil
belajar. Keempat, guru mampu berpikir sistematis tentang apa yang
dilakukannya, dan belajar dari pengalamannya, serta mampu
mempertanggungjawabkan tindakannya dari segi keilmuan, teknologik dan etis-religius.
Kelima, guru seyogyanya merupakan bagian dari masyarakat belajar dalam
lingkungan profesinya.[6]
2.
Uraian
permasalahan
Pada pelaksanaan
proses belajar pembelajaran banyak guru-guru yang kurang memperhatikan
pentingnya bahan ajar, guru menyampaikan materi pelajaran tanpa terstruktur dan
kurang maksimal serta kurang memperhatikan perkembangan peserta didik dalam
penyusunannya, begitu pula dengan peserta didik kurang memaksimalkan penggunaan
bahan ajar. Sehingga penggunaan bahan ajar belum dapat meningkatkan kualitas
belajar siswa dengan baik. Pada akhirnya siswa kurang memperhatikan pelajaran Pendidikan
Agama Islam (PAI) yang sangat penting sebagai sumber keagamaan mereka.
Salah satu
pendekatan deskriptif yang peneliti gunakan yaitu Profesionalitas Guru dalam
Pengembangan Bahan Ajar Pendidikan Agama Islam yang dirasa sangat membantu
siswa untuk meningkatkan kualitas dan motivasi belajar siswa dalam mempelajari
mata pelajaran PAI
Dalam penelitian
ini Pendidikan Agama Islam adalah mata pelajaran wajib yang diajarkan di SD
Negeri Birowo Binangun Blitar untuk mempelajari dasar-dasar ajaran Islam.
Alasan penting
perkembangan bahan ajar yaitu untuk lebih menyiapkan siswa mempelajari materi
pelajaran dan meningkatkan kualitas belajar siswa. Melalui informasi-informasi
penting yang ada di dalam bahan ajar siswa akan lebih berkembang dan bisa turut
berpartisipasi dalam dunia yang semakin berubah dan berkembang pesat.
3.
Uraian
penutup
Dari uraian di
atas peneliti merasa penting sekali mengadakan penelitian terhadap pelaksanaan
pembelajaran Pendidikan Agama Islam dengan judul “PROFESIONALITAS GURUDALAM
PENGEMBANGAN BAHAN AJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SD NEGERI BIROWO BINANGUN
BLITAR”.
Pengembangan
bahan ajar ini diharapkan menjadi acuhan khusus dalam penyusunan bahan ajar
sehingga dapat meningkatkan kualitas belajar siswa.
B.
Fokus
Penelitian
Bertolak dari
latar belakang yang dikemukakan di atas, maka secara pokok penelitian ini ingin
mengemukakan beberapa permasalahan sebagai berikut :
1.
Bagaimana
kompetensi guru PAI di SD Negeri Birowo Binangun Blitar?
2.
Bagaimana
upaya guru agama dalam mengembangkan bahan ajar PAI di SD Negeri Birowo
Binangun Blitar?
3.
Bagaimana
peran guru agama dalam mengembangkan bahan ajar PAI di SD Negeri Birowo
Binangun Blitar?
C.
Tujuan
Penelitian
Melakukan
penelitian tentunya mempunyai tujuan yang jelas, sehingga apa yang dicapai
kelak diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi ilmu pengetahuan yang
bersangkutan. Tujuan penelitian ini adalah :
1. Untuk mendeskripsikan kompetensi guru PAI di
SD Negeri Birowo Binangun Blitar
2. Untuk mendeskripsikan upaya guru agama dalam
mengembangkan bahan ajar PAI
3. Untuk mendeskripsikan peran guru agama dalam
mengembangkan bahan ajar PAI
D.
Kegunaan
Hasil Penelitian
Hasil penelitian
ini diharapkan menjadi kontribusi dalam memperkaya khazanah ilmu pengetahuan.
Adapun kegunaan hasil penelitian ini diantaranya:
1. Lembaga
Memberi
kontribusi pemikiran dalam upaya meningkatkan kualitas belajar siswa dalam
mempelajari mata pelajaran PAI sebagai sarana pengembangan keilmuan
2. Guru
Memberi
pengetahuan dan wawasan tehadap para pendidik untuk mengoptimalisasikan
pengembangan bahan ajar PAI guna mempermudah dalam menyampaikan materi
pelajaran sesuai dengan tujuan pendidikan agar mudah diserap siswa.
3. Siswa
Dengan adanya pengembangan
bahan ajar ini, siswa akan lebih tertarik belajar mata pelajaran PAI dan dapat
termotivasi untuk meningkatkan prestasi belajarnya.
4. Peneliti
Dengan adanya
penelitian ini, maka dapat menambah pengetahuan tentang pengembangan bahan ajar
PAI beserta kelebihan dan kekurangannya.
E.
Keterbatasan
Penelitian
Berkaitan
dengan dengan penelitian ini penulis mengemukakan keterbatasan sebagai berikut:
1.
Internal
Keterbatasan internal
adalah suatu kekurangan dan ketidak mampuan peneliti dalam melakukan penelitian,
yang berupa minimnya dana yang dimiliki, tenaga, dan waktu.
2.
Eksternal
Keterbatasan eksternal
adalah keterbatasan peneliti yang disebabkan terdapatnya beberapa hal yang ada
pada obyek penelitian, yaitu heterogenitasnya obyek penelitian dan letak obyek
yang jauh dari tempat peneliti.
BAB
II
KAJIAN
PUSTAKA
A. Kompetensi
Guru Pendidikan Agama Islam
1. Pengertian
Guru PAI
Seperti yang
kita ketahui sehari-hari guru merupakan orang yang harus digugu dan ditiru.
Guru adalah orang yang memiliki charisma atau wibawa hingga perlu untruk ditiru
dan diteladani. Guru adalah orang dewasa yang secara sadar bertanggung jawab
dalam mendidik, mengajar dan membimbing peserta didik. Orang yang disebut guru
adalah orang yang memiliki kemampuan merancang program pembelajaran serta mampu
menata dan mengelola kelas agar peserta didik dapat belajar dan pada akhirnya
dapat mencapai tingkat kedewasaan sebagai tujuan akhir dari proses pendidikan.[7]
Guru dalam
literatur kependidikan Islam biasa disebut dengan ustadz, mu’allim, murabby,
mursyid, mudaris, dan mu’addib, yang mana seorang guru dituntut komitmen
terhadap profesionalisme dalam mengemban tugasnya.[8]
Profesional
disini adalah bilamana dalam dirinya melekat sikap dedikatif yang tinggi
terhadap tugasnya, sikap komitmen terhadap mutu proses dan hasil kerja dan
sikap selalu berusaha memperbaiki dan memperbaharui model-model atau cara
kerjanya sesuai dengan tuntutan zaman, yang dilandasi dengan kesadaran tinggi
bahwa tugas mendidik adalah tugas menyiapkan generasi penerus.[9]
2. Kompetensi Guru PAI
Guru merupakan
salah satu faktor utama dalam menentukan keberhasilan mutu pendidikan. Gurulah
yang berada di garda terdepan dalam menciptakan kualitas sumber daya manusia.
Ditangan gurulah akan dihasilkan peserta didik yang berkualitas baik secara
akademik, skill (keahlian), kematangan emosional, dan moral serta
spiritual. Dengan demikian akan dihasilkan generasi masa depan yang siap hidup
dengan tantangan zamannya.
3.
Syarat-syarat menjadi guru professional
Salah satu
kemajuan zaman adalah adanya suatu pekerjaan yang ditangani secara
profesionalis, sehingga pekerjaan ityu dikerjakan secara sungguh-sungguh dan
serius. Pekerjaan guru merupakan profesi, karena itu harus dikerjakan sesuai
dengan tuntutan profesi.[10]
Dibidang guru
ada tiga persyaratan pokok seseorang itu menjadi tenaga professional dibidang
keguruan. Pertama, memiliki ilmu pengetahuan di bidang yang diajarkannya sesuai
dengan kualifikasi dimana dia mengajar. Kedua, memiliki pengetahuan dan
keterampilan dibidang keguruan, dan ketiga memilki moral akademik.
Profesional
adalah pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dan menjadi sumber
penghasilan kehidupan yang memerlukan keahlian, kemahiran atau kecakapan yang
memenuhi standart mutu atau norma tertentu serta memerlukan pendidikan profesi
(UU Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen).[11]
4. Ciri-ciri Profesionalitas Guru PAI
Moore
mengidentifikasikan profesi menurut cirri-ciri berikut:[12]
a.
Seseorang
professional menggunakan waktu penuh untuk menjalankan pekerjaannya
b.
Ia
terikat oleh panggilan hidup dan dalam hal ini memperlakukan pekerjaannya
sebagai perangkat norma kepatuhan dan perilaku
c.
Ia
anggota organisasi professional yang formal
d.
Ia
menguasai pengetahuan yang berguna dan keterampilan atas dasar latihan
spesialisasi atau pendidikan yang sangat khusus
e.
Ia
terikat dengan syarat-syarat kompetensi, kesadaran prestasi dan pengabdian
f.
Ia
memperoleh otonomi berdasarkan spesialisasi teknis yang tinggi sekali.
5. Kode Etik Guru PAI
Sebagai tenaga
yang berkompeten, seorang guru harus memiliki kode etik dalam menjalankan tugasnya
guna dijadikan sebagai pedoman yang mengatur pekerjaan guru selama dalam
pengabdian. Kode etik pendidik adalah norma-norma yang mengatur hubungan
kemanusiaan antara pendidik dan peserta dididk, orang tua peserta didik,
koleganya serta dengan atasannya.
Menurut Muhammad
Athiyyah Al-Abrasyi yang dikutib Abdul Mujib dan Abdul Mudzakir kode etik
pendidik dalam pendidikan Islam adalah:[13]
1.
Mempunyai
watak kebapakan, sehingga ia bisa menyayangi peserta didiknya seperti anaknya
sendiri
2.
Komunikasi
yang aktif antara pendididk dan peserta didik
3.
Memperhatikan
kemampuan dan kondisi peserta didik. pemberian materi pelajaran harus diukur
dengan kiadar kemampuannya
4.
Mengetahui
kepentingan bersama, tidak terfokus pada sebagian peserta didik
5.
Mempunyai
sifat-sifat keadilan, kesucian dan kesempurnaan
6.
Ikhlas
dalam menjalankan aktivitasnya, tidak banyak menuntut hal yang diluar
kewajibannya
7.
Dalam
mengajar supaya mengaitkan materio satu dengan materi lainnya (menggunakan pola
integrated curriculum)
8.
Membari
bekal peserta didik dengan ilmu yang mengacu pada masa depan, karena ia berbeda
dengan zaman yang dialami pendidiknya
9.
Sehat
jasmani dan rohani serta memiliki kepribadian yang kuat, tanggung jawab dan
mampu mengatasi problem peserta didik, sreta memiliki rencana yang matang untuk
menatap mas depan yang dilakukan dengan sungguh-sungguh.
6. Tugas dan Tanggung Jawab Guru PAI
Guru sebagai
seorang pendidik bertanggung jawab untuk mewariskan nilai-nilai dan norma-norma
kepada generasi berikutnya sehingga terjadi proses konversasi nilai karena
melalui proses pendidikan diusahakan terciptanya nilai-nilai baru.
Setiap tanggung
jawab memerlukan kemampuan dan setiap kemampuan dapat dijabarkan lagi dalam
kemampuan yang lebih khusus, antara lain:[14]
1.
Tanggung
jawab moral, yaitu setiap guru harus memiliki kemampuan menghayati perilaku dan
etika yang sesuai dengan moral pancasila dan mengamalkannya dalam kehidupan
sehari-hari
2.
Tanggung
jawab dalm bidang pendidikan di sekolah, setiap guru harus menguasai cara
belajar mengajar yang efektif, mampu membuat satuan pelajaran, mampu dan
memahami kurikulum dengan baik, mampu mengajar di kelas, mampu menjadi model
bagi siswa, mampu memberikan nasehat, menguasai teknik-teknik pemberian
bimbingan dan layanan, mampu membuat dan melaksanakan evaluasi dan lain-lain
3.
Tanggung
jawab guru dalam bidang kemasyarakatan, yaitu turut serta menyukseskan
pembangunan dalam masyarakat, yakni untuk itu guru harus mampu membimbing,
mengabdi dan melayani masyarakat.
4.
Tanggung
jawab guru dalam bidang keilmuan, yaitu guru selaku ilmuwan bertanggung jawab
dan turut serta memajukan ilmu, terutama ilmu yang telah menjadi
spesialisasinya dengan melaksanakan penelitian dan pengembangan.
B. Bahan Ajar
PAI
1. Pengertian
bahanajar PAI
Bahan ajar
adalah seperangkat materi yang disusun secara sistematis baik tertulis maupun
tidak sehingga tercipta lingkungan/suasana yang memungkinkan siswa untuk
belajar.[15] Bahan ini dapat berupa konsep, teori, dan
rumus-rumus keilmuan, cara, tata cara, dan langkah-langkah untuik mengerjakan
sesuatu, dan norma-norma, kaidah-kaidah, atau nilai-nilai. Bahan ajar adalah
materi yang harus dipelajari siswa sebagai sarana untuk mencapai standar
kompetensi dan kompetensi dasar.[16] Jadi bahan ajar adalah segala bentuk bahan
yang digunakan untuk guru/instruktur dalam melaksanakan kegiatan belajar
mengajar.[17] Bahan ajar diharapkan mampu meningkatkan
kompetensi atau kompetensi dasar siswa secara utuh dan terpadu. Bahan ajar
merupakan informasi, alat dan teks yang diperlukan guru/instruktur untuk
perencanaan dan penelaahan implementasi pembelajaran.
Pendidikan Agama
Islam adalah suatu proses usaha menuju perubahan dalam memahami semua apa yang
dibawa oleh Nabi Muhammad SAW dengan meyakini dengan mantab dan menjalankanya.
a.
Tujuan
Mengajar Pendidikan Agama Islam
Dalam mengajar
PAI, kita bertujuan memberikan pengetahuan Agama kepada anak didik yang mampu
mengarah kepada:
1.
kemantapan
diri dalam memeluk Agama Islam
2.
Kemampuan
memahami ajaran Agama Islam secara sempurna, memuaskan akal dan mampu
menenangkan jiwanya
3.
Kesanggupan
menerapkan ajaran Islam dalam menyelesaikan problema hidup sehari-hari
4.
Kemampuan
memperbaiki tingkah laku murid melalui metode pengajaran yang tepat
5.
Pembinaan
pendidikan Islam berdasarkan sumber-sumbernya yang utama dari Al-Qur’an dan
As-Sunnah.
Diantara yang
menyedihkan adalah banyak guru-guru dan anak-anak didik kurang menaruh perhatian
terhadap pelajaran PAI, dan ini hanya dalam silabus saja.
b)
Fungsi Pendidikan Agama Islam
Di dalam
Undang-Undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sstem Pendidikan Nasional dinyatakan
bahwa pendidikan bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar
menjadi manusia yang beriman dan mertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak
mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara
demikratis serta bertanggung jawab.Untuk mencapai tujuan tersebut, maka mata
pelajaran yang harus dipelajari oleh peserta didik adalah Pendidikan Agama
Islam (PAI) yang bertujuan agar peserta didik menjadi manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa serta berakhlak mulia.
Secara
substansial mata pelajaran PAI memiliki kontribusi besar dalam memberikan
motivasi kepada peserta didik untuk mempraktikkan ajaran Islam yang terkandung
didalam Al-Qur’an dan Hadits sebagai sumber utama ajaran Islam. Untuk itu
sangat diperlukan materi PAI yang falid dan berkualitas sebagai bahan ajar yang
sehari-hari menjadi pegangan guru. Sebab dari temuan factual dilapangan
diketahui bahwa beberapa materi mata pelajaran PAI terdapat kekeliruan yang
cukup mengganggu dan mungkin bisa “menyesatkan”, seperti adanya tuntunan cara
beribadah yangn kurang tepat yang belum jelas sumber pengambilanya sebagai
pndukung topik-topik bahasan PAI.
Adapun tujuan
pendidikan agama Islam harus selaras dengan tujuan pembelajaran yang dirancang.
sebab ketidakselarasan antar keduanya akan mengganggu realisasi target tujuan
dari keduanya. [18]
2.
Prinsip pengembangan bahan ajar
1.
Mulai
dari yang mudah untuk memahami yang sulit, dari yang kongkret untuk memahami
yang abstrak
2. Pengulangan akan memperkuat pemahaman
3. Umpan balik positif akan memberikan
penguatan terhadap pemahaman peserta didik
4. Motivasi belajar yang tinggi merupakan
salah satu factor penentu keberhasilan belajar
5. Mencapai tujuan ibarat naik tangga,
setahap demi setahap akhirnya akan mencapai ketinggian tertentu
6.
Mengetahui
hasil yang telah dicapai akan mendorong peserta didik untuk terus mencapai
tujuan.[19]
3.
Prinsip penyusunan bahan ajar
Ada tiga prinsip
yang diperlukan dalam penyusunan bahan ajar. Ketiga prinsip itu adalah
relevansi, konsistensi, dan kecukupan. Relevansi artinya keterkaitan atau
berhubungan erat. Konsistensi maksudnya ketaatan atau keajegan – tetap.
Kecukupan maksudnya secara kuantitatif materi tersebut memadai untuk
dipelajari.
1) Prinsip
relevansi atau keterkaitan atau berhubungan erat, maksudnya adalah materi
pembelajaran hendaknya relevan dengan pencapaian standar kompetensi dan
kompetensi dasar. Jika kemampuan yang diharapkan oleh mengharapkan fakta,
materi yang disajikan adalah fakta. Kalau kompetensi dasar meminta kemampuan
melakukan sesuatu, materi pelajarannya adalah prosedur atau cara melakukan
sesuatu. begitulah seterusnya.
2) Prinsip
konsistensi adalah ketaatan dalam penyusunan bahan ajar. Misalnya kompetensi
dasar meminta kemampuan siswa untuk menguasai tiga macam. Umpamanya kemampuan
yang diharapkan dikuasai siswa adalah
menyusun paragraph deduktif, materi sekurang-kurangnya pengertian paragraph
deduktif, cara meyusun paragraph deduktif, dan cara merevisi paragraph
deduktif. Artinya, apa yang diminta itulah yang diberikan.
3) Prinsip
kecukupan, artinya materi yang disajikan hendaknya cuckup memadai untuk
m,encapai kompetensi dasar. Materi tidak terlalu sedikit dan tidak terlalu
banyak. Jika materi terlalu sedikit, kemungkinan siswa tidak akan dapat
mencapai kompetensi dasar dengan memanfaatkan materi itu. Kalu materi terlalu
banyak memnyita waktu untuk mempelajarinya.
Adapun beberapa
prosedur yang harus diikuti dalam penyusunan bahan ajar, meliputi: (1) memahami
standar isi dan standar kompetensi lulusan, silabus, program semester, dan
rencana pelaksanaan pembelajaran; (2) mengidentifikasi jenis materi
pembelajaran berdasarkan pemahaman terhadap poin (1); (3) melakukan pemetaan
materi; (4) menetapkan bentuk penyajian; (5) menyusun struktur (kerangka)
penyajian; (6) membaca buku sumber; (7) mendraf (memburam) bahan ajar; (8)
merevisi (mrnyunting) bahan ajar; (9) mengujicobaan bahan ajar; dan (10)
merevisi dan menulis akhir (finalisasasi).
Memahami standar
isi (Permen 22/2006) berarti memahami srtandar kompetensi dan kompetensi dasar.
Hal ini telah dilakukan guru ketika menyusun silabus, program semester, dan
rencana plaksanaan pembelajaran. Memahami standar kompetensi lulusan (Permen
23/2006) juga telah dilakukan ketika menyusun silabus. Walaupun demikian,
ketika penyusunan bahan ajar dilakukan, dokumen-dokumen tersebut perlu
dihadirkan dan dibaca kembali. Hal ini akan membantu penyusunan bahan ajar
dalam mengaplikasikan prinsip relevansi, konsistensi, dan kecukupan. Selain
itu, penyusunan bahan ajar akan terpadu kea rah yang jelas, sehingga bahan ajar
yang dihasilkan benar-benar berfungsi.
Mengidentifikasi
jenis materi dilakukan agar penyusunan bahan ajar mengenal tepat jenis-jenis
materi yang akan disajikan. Hasil identifikasi itu kemudian dipetakan dan
diorganisasikan sesuia dengan pendekatan yang dipilih (procedural atau
hierarkis). Pemetaan materi dilakukan berdasarkan SK, KD dan SKL. Tentu saja
didalamnya terdapat indicator pencapaian yang telah dirumuskan pada saat
menyusun silabus. Jika ketika menyusun silabus telah terpeta dengan baik,
pemetaan tidak diperdulikan lagi.Penyusunan bahan ajar tinggal mempedomani yang
ada pada silabus. Akan tetapi jika belum terpetakan dengan baik, perlu pemetaan
ulang setelah penyusunan silabus.
Langkah
berikutnya yaitu menetapkan bentuk penyajian. Bentuk penyajian dapat dapat
dipilih sesuai dengan kebutuhan. Bentuk-bentuk tersebut adalah seperti buku
teks, modul, diktat, lembar informasi, atau bahan ajar sederhana. Masing-masing
bentuk penyajian ini dapat dilihat dari berbagai sisi. Diantaranya dapat
dilihat dari segi kekomplekan struktur dan pekerjaannya. Bentuk buku teks tentu
lebih kompleks dibandingkan dengan yang lain. Begitu pula halnya modul yang
lain. Yang paling kurang kompleksitasnya adalah bahan ajar sederhana. Sesuai
dengan namanya”sederhana, tentu wujudnya juga sederhana.
Jika bentuk
penyajian sudah ditetapka, penyusun bahan ajar menyusun struktur atau kerangka
penyajian. Kereamgka-keramgka itu diids dengan materi yang telah ditetapkan.
Kegiatan ini sudah termasuk mendraf (membahasakan, membuat ilustrasi, gambar)
bahan ajar. Draf itu kemudian direvisi. Hasil revisi diujicobakan, kemudian
direvisi lagi dan selanjutnya ditulis akhir (finalisasi). Selanjutnya, guru
telah dapat menggunakan bahan ajar tersebut untuk membelajarkan sisiwanya.
4.
Tujuan Dan Manfaat Penyusunan
Bahan Ajar
a) Bahan
ajar disusun dengan tujuan:[20]
1.
Menyediakan
bahan ajar yang sesuai dengan tuntutan kurikulum dengan mempertimbangkan
kebutuhan peserta didik, yakni bahan ajar yang sesuai dengan karakteristik dan
setting atau lingkungan social peserta didik.
2.
Membantu
peserta didik dalam memperoleh alternative bahan ajar di samping buku-buku teks
yang terkadang sulit diperoleh.
3.
Memudahkan
guru dalam melaksanakan pembelajaran.
b)
Manfaat bagi guru
·
Diperoleh
bahan jar yang sesuai tuntutan kurikulun dan sesuai dengan kebutuhan belajar
peserta didik
·
Tidak
lagi tergantung kepada buku teks yang terkadang sulit diperoleh
·
Memperkaya
karena dikembangkan dengan menggunakan berbagai referensi
·
Menambah
khasanah pengetahuan dan pengalaman guru dalam menulis bahan ajar
·
Membangun
komunikasi pembelajaran yang efektif antara guru dengan peserta didik karena
peserta didik akan lebuh merasa percaya kepada gurunya.
·
Menambah
angka kredit jika dikumpulkan menjadi buku dan diterbitkan.
c)
Manfaat bagi peserta didik
Ø Kegiatan pembelajarann menjadi lebih
menarik
Ø Kemempuan untuk belajar secara mandiri
dan mengurangi ketergantungan terhadap kehadiran guru
Ø Mendapatkan kemudahan dalam mempelajari
setiap kompetensi yang harus dikuasainya
5.
Jenia Bahan Ajar
Bahan ajar
adalah seperangkat materi yang disusun secara sistematis sehingga tercipta
lingkungan/suasana yang memungkinkan siswa belajar dengan baik. Adapun bentuk
bahan ajar dapat dikelompokkan menjadi empat, yaitu:[21]
a)
Bahan
ajar pandang (visual) terdiri atas bahan cetak (printed) seperti antara lain
handout, buku, modul, lembar kerja siswa, brosur, leaflet, wallchart,
foto/gambar, dan non cetak (non printed), seperti model/maket.
b)
Bahan
ajar dengan dengar (audio) seperti kaset, radio, piringan hitam, dan compact
disk audio.
c)
Bahan
ajar pandang dengar (audio visual) seperti video compack disk, film.
d)
Bahan
ajar multimedia anteraktif (interactive teaching material) seperti CAI
(Computer Assisted Instruction), compack disk (CD) multimedia pembelajaran
interaktif, dan bahan ajar berbasis web (web based learning materials).
C. Peran Professional Guru Agama Dalam Mengembangkan
Bahan Ajar PAI
1.
Upaya Guru Agama Dalam Mengembangkan Bahan Ajar PAI
Dalam
kamus besar Bahasa Indonesia upaya adalah usaha atau syarat untuk menyampaikan
suatu maksud. Upaya juga bisa diartikan sebagai usaha untuk melakukan sesuatu hal atau kegiatan yang memiliki
tujuan.[22]
Upaya
profesionalitas guru adalah upaya guru dlam mentransformasikan kemampuan
professional yang dimilikinya kedalam tindakan mengajar yang nyata, upaya
professional guru itu ditunjukkan oleh kegiatannya baik dalam mengajar maupun
dalam belajar, dan penggunaan bahan-bahan pelajaran. Untuk mendapatkan hasil
yang maksimal dan menjadikan siswa berpengetahuan luas seorang guru harus
memiliki upaya-upaya dan usaha bagaimana siswa memiliki pengetahuan dan
keterampilan yang sangat luas agar mampu menjalani kehidupan yang sangat pelik
seperti zaman sekarang ini. Suatu upaya yang dilakukan guru dalam
mengembangkan bahan ajar adalah
bertujuan untuk mempermudah siswa dalam mengakses ilmu supaya mudah diserap dan
diterima. Adapun upaya atau usaha yang dapat dilakukan guru sebagai orang yang
professional dapat diperoleh dari hasil pelatiahan-pelatiha, musyawarah bersama
guru yang sama dalam bidangnya dan melalui pebdidikan di perguruan tinggi.
2.
Peran
Guru Agama dalam mengembangkan bahan ajar PAI
Peran dalam
kamus Bahasa Indonesia adalah “pemain sandiwara” atau perangkat tingkah yang
diharapkan dimiliki oleh orang yang berkedudukan di masyarakat. Peranan adalah bagian yang dimainkan seorang
pemain, dan ia sangat berusaha bermain dengan baik atau tindakan yang dilakukan
seseorang dalam suatu peristiwa.
Peran guru adalah perangkat tingkah
laku yang diharapkan dilakukan sesuai profesinya di sekolah. Peranan guru
adalah terciptanya serangkaian tingkah laku yang saling berkaitan yang
dilakukan dalam suatu situasi tertentu serta berhubungan dengan kemajuan
perubahan tingkah laku dan perkembangan siswa yang menjadi tujuannya.
BAB III
METODE PENELITIAN
Metode
penelitian adalah membahas konsep teoritik berbagai metode dan kelemahannya
yang dalam karya ilmiah dilanjutkan dengan pemilihan metode yang digunakan.[23]
Metode merupakan satu cara kerja
yang diambil oleh seseorang peneliti dalam usaha untuk mencapai, mengumpulkan
dan mengolah data serta memformulasikannya dalam bentuk laporan atau suatu
karya ilmiah. Adapun metode tersebut antara lain sebagai berikut:
A. Pola/Jenis Penelitian
Penelitian ini
menggunakan metode penelitian kualitatif, yaitu penelitian yang dimaksudkan
untuk mengungkap gejala secara holistik-kontekstual (secara menyeluruh dan
sesuai dengan konteks/apa adanya) melalui pengumpulan data dari latar alami
sebagai sumber langsung dengan instrument kunci penelitian itu sendiri. (UM;
1993)[24]
Jenis penelitian
yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Menurut
Bogdan dan Taylor “Metodologi Kualitatif” adalah sebagai prosedur penelitian
yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan
orang-orang yang perilakunya dapat diamati.[25]
Penelitian
deskriptif adalah suatu bentuk penelitian yang paling dasar. Ditujukan untuk
mendeskripsikan atau mengganbarkan fenomena-fenomena yang ada, baik fenomena
yang bersifat alamiah maupun rekayasa manusia.
Adapun yang peneliti lakukan adalah meneliti tentang profesionalitas
guru agama dalam mengembangkan bahan PAI. Hal ini sesuai dengan pendapat Moleong
bahwa penelitian deskriptif adalah “laporan penelitian akan berisi
kutipan-kutipan data untuk memberi gambaran penyajian laporan”.
Adapun alasan
menggunakan metodologi deskriptif secara luas adalah bahwa data yang
dikumpulkan dianggap sangat bermanfaat dalam memecahkan suatu masalah atau
menentukan suatu tindakan.[26]
Metode deskriptif juga membantu kita mengetahui bagaimana caranya mencapai
tujuan yang diinginkan. Penelitian deskriptif telah banyak digunakan dalam
berbagai macam masalah.
B. Kehadiran Peneliti
Pelaksanaan
penelitian ini menuntut adanya kehadiran peneliti karena peneliti sebagai
instrumen utama. Instrumen utama dalam penelitian kualitatif adalah peneliti
itu sendiri.[27]
Dalam penelitian kualitatif, peneliti sendiri atau dengan bantuan orang lain
merupakan alat pengumpul data utama, dan
yang menjadi instrument atau alat peneliti adalah peneliti itu sendiri, namun selanjutnya setelah fokus penelitian
menjadi jelas, maka kemungkinan akan dikembangkan instrumen penelitian
sederhana, yang diharapkan dapat melengkapi data dan membandingkan dengan data
yang telah ditemukan melalui observasi dan wawancara.
Penelitian dalam
pendekatan kualitatif menonjolkan kapasitas jiwa raga dalam mengamati,
bertanya, melacak, dan mengabstraksi. Peneliti mengadakan pengamatan dan
wawancara terstruktur dan tidak terstruktur terhadap obyek/subyek penelitian.
Oleh karena itu, peneliti tetap memegang peranan utama sebagai alat penelitian.
Untuk itu, peneliti sendiri terjun ke lapangan dan terlibat langsung untuk mengadakan
observasi dan wawancara terhadap kepala sekolah, guru, dan siswa SD Negeri
Birowo Binangun Blitar.
Jadi kehadiran
peneliti di SD Negeri Birowo Binangun Blitar sebagai pengamat, sedangkan guru
mata pelajaran PAI, kepala sekolah dan siswa merupakan subyek yang diteliti.
C. Lokasi Penelitian
Lokasi
penelitian adalah letak dimana penelitian akan dilakukan untuk memperoleh data
atau informasi yang diperlukan dan berkaitan dengan permasalahan penelitian.
Adapun lokasi penelitian ini berada di SD Negeri Desa Birowo Kec. Binangun Kab.
Blitar.
D. Sumber Data
Sukandarrumidi,
sumber data dimaksudkan semua informasi baik yang merupakan benda nyata,
sesuatu yang abstrak, peristiwa atau gejala.[28]
Sumber data adalah subyek dari mana data diperoleh. Dari pendapat tersebut dapat dipahami bahwa
yang dimaksud sumber data adalah dari mana peneliti akan mendapatkan dan
menggali informasi yang berupa data-data yang diperlukan, sehingga mendukung
penelitian ini. Ada dua sumber data dalam penelitian ini,yaitu:
1. Sumber Data Primer
Data Primer adalah bahan pustaka
yang berupa data yang dikumpulkan melalui pihak pertama (biasanya dapat melalui
angket, wawancara, jajak pendapat dan lain-lain). Menurut Nasution S. data primer dapat
diperoleh langsung dari lapangan termasuk laboratorium.[29] Jadi sumber data primer ini diperoleh secara
langsung melalui pengamatan dan pencatatan di SD Negeri Birowo Binangun Blitar.
Data primer ini diperoleh dari Kepala sekolah SD Negeri Birowo Binangun Blitar,
para guru dan siswa.
2. Sumber Data Sekunder
Data Sekunder adalah
data dari bahan bacaan.[30]Maksudnya
data yang digunakan untuk melengkapi data primer yang tidak diperoleh secara
langsung dari kegiatan lapangan. Data ini biasasnya dalam bentuk surat-surat
sekolah, notulan rapat perkumpulan sampai dokumen resmi dari berbagai instansi
pemerintah. Data sekunder penelitian ini berupa dokumen tentang sejarah SD
Negeri Birowo Binangun Blitar, visi dan misi, kurikulum, jadwal kegiatan
strategi organisasi, struktur organisasi sekolah serta yang berkaitan dengan
kepentingan penelitian ini.
E. Prosedur Pengumpulan Data
Pengumpulan data
merupakan langkah yang sangat penting dalam rangka penelitian, karena tujuan
utama dari penelitian adalah mendapatkan data.[31]
Untuk mempermudah penelitian dalam pengumpulan data maka langkah pertama yang
peneliti lakukan sebelum mengadakan penelitian secara resmi adalah mengadakan
pendekatan langsung secara tidak resmi ke lokasi penelitian setelah itu penulis
menentukan instrument dan metode pengumpulan datanya.
Adapun prosedur pengumpulan data
yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Metode Observasi
Metode observasi
adalah metode pengumpulan data dengan jalan pengamatan secara sistematis
terhadap fenomene-fenomena yang diselidiki.[32] Observasi sangatlah tepat digunakan untuk
mengetahui obyek secara langsung mengenai suatu kejadian atau peristiwa yang
sedang berlangsung.
Menurut Sutrisno Hadi (1987 : 136)
sebagaimana dikutip Andi Prastowo bahwa observasi diartikan sebagai pengamatan
dan pencatatan secara sistematis terhadap suatu gejala yang tampak pada objek
penelitian.[33]
Adapun data yang
ingin diperoleh dengan metode ini adalah untuk memperoleh informasi atau data
tentang aktivitas-aktivitas pembelajaran PAI di SD Negeri Birowo Binangun
Blitar, antara lain: Bagaimana peran guru-guru di SD Negeri Birowo Binangun
Blitar, bagaiman upaya guru Agama dalam pengembangan bahan ajar PAI di SD
Negeri Birowo Binangun Blitar, bagaiman
keadaan guru-guru dan para siswa di SD Negeri Birowo Binangun Blitar dan faktor
apa saja yang mendukung dan menghambat guru Agama dalam pengembangan bahan ajar
PAI di SD Negeri Birowo Binangun Blitar.
2. Metode Interview (wawancara)
Interview adalah
dengan maksud tertentu, dilakukan oleh dua belah pihak, pewawancara dan yang
diwawancarai yang memberikan atas pertanyaan itu. Metode ini biasanya dikenal
dengan wawancara atau tanya jawab. Interview ini dilakukan secara langsung,
sedangkan menurut pendapat Prof. Dr. Sutrisno Hadi, MA. Yaitu “ Interview dapat
dipandang sebagai metode pengumpulan data dan dengan tanya jawab sepihak yang
dikerjakan dengan sistematis dan berlandaskan pada tujuan penyelidikan. Dalam pelaksanaanya, interview dapat
dibedakan atas:
1) Interview
bebas, pewawancara bebas menanyakan apa saja tanpa pedoman, tetapi mengingat
data yang akan dikumpulkan.
2) Interview
terpimpin, pewawancara dengan membawa sederetan pertanyaan lengkap dan
terperinci.
3) Interview
bebas terpimpin, kombinasi antara interview bebas dan interview terpimpin.
Metode ini peneliti gunakan untuk
memperoleh data tentang:
1) Sejarah
berdirinya SD Negeri Birowo Binangun Blitar,
2) Kompetensi
yang dimiliki guru-guru di SD Negeri Birowo Binangun Blitar,
3) Bahan
ajar yang digunakan dalam pembelajaran PAI,
4) Peran
guru Agama dalam pengembangan bahan ajar PAI,
5) Kelebihan
dan kekurangan dalam penerapan bahan ajar yang ada,
6) Media
yang digunakan dalam menunjang pempelajaran PAI.
Adapun responden dari interview ini
adalah kepala Sekolah, guru dan siswa SD Negeri Birowo Binangun Blitar.
Secara umum ada
dua teknik interview,yaitu: interview terstruktur dan tak terstruktur.
Interview terstruktur adalah merupakan jenis yang sering disebut interview
terfokus. Dalam interview terstruktur, masalah terlebih dahulu ditentukan oleh
peneliti sebelum kegiatan interview dilakukan. Sedangkan interview tak
terstruktur adalah bila dikatakan pertanyaannya, maka jawabannya disediakan
atau berada pada yang diinterview.
3. Metode
Dokumentasi
Yaitu suatu teknik pengumpulan data
mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan transkip, buku, surat kabar,
majalah, jurnal, prasasti, notulen rapat, ligger, agenda dan sebagainya.[34]
Jadi metode dokumentasi adalah metode atau cara memperoleh data dengan jalan
mengadakan pencatatan terhadap dokumen-dokumen yang ada pada lembaga.
Andi Prastowo
dalam bukunya Usman dan Akbar, Dokumentasi diartikan sebagai teknik pengambilan
data yang diperoleh melalui dokumen-dokumen. (Usman dan Akbar. 1996 : 73). Dokumen merupakan catatan peristiwa yang
sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya
monumental dari seseoranng.[35]Teknik
dokumentasi ini dimaksudkan untuk melengkapi data dari hasil wawancara dan
observasi. Dokumentasi yang dimaksud berbentuk surat-surat, gambar/foto atau
catatan-catatan lain yang berhubungan dengan fokus penelitian.
Adapun alasan penulis menggunakan
metode ini adalah:
1) Untuk melengkapi data yang tidak
diperoleh dengan metode lain
2) Penulis dapat mengambil data meskipun
peristiwanya telah berlalu
3) Untuk dijadikan bahan perbandingan dari
data yang telah diperoleh dengan bahan ajar lain.
Adapun
data yang ingin diperoleh dengan menggunakan metode ini meliputi:
1) Struktur organisasi SD Negeri Birowo
Binangun Blitar
2) Fasilitas atau sarana dan prasarana
3) Daftar nama guru-guru SD Negeri Birowo
Binangun Blitar
F. Teknik Analisis Data
Analisis data
menurut Moleong adalah proses mengorganisasikan dan mengurutkan data ke dalam
pola, kategori, dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat
dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data.[36] Karena dalam penelitian ini tidak menggunakan
angka, maka metode yang digunakan adalah deskriptif kualitatif, dimana dengan
analisis deskriptif berusaha menggambarkan, mempresentasikan serat menafsirkan
tentang hasil penelitian secara detail (menyeluruh sesuai data yang sudah
diperoleh dan dikumpulkan dari hasil observasi, interview dan dokumentasi).
Teknik analisa
deskriptif kualitatif penulis peroleh dari observasi, interview, angket dan
dokumentasi. Dengan demikian, data yang sudah terkumpul kemudian ditafsirkan,
didefinisi dan dituturkan sehingga berbagai masalah yang timbul dapat diuraikan
dengan tepat dan jelas.
G.
Pengecekan
Keabsahan Temuan
Andi Prastowo dalam Sugiyono
mengutip bahwa Keabsahan data sangat mendukung dalam menentukan hasil akhir
suatu penelitian oleh karena itu diperlukan suatu teknik pemeriksaan data. Untuk memperoleh validitas
tetap, peneliti menggunakan teknik triangulasi, suatu teknik pengumpulan data
yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dari sumber
data yang ada. (Sugiyono, 2007 : 83)[37]
Teknik ini merupakan kegiatan
pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu
untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu. Metode
pengukuran data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah teknik
pemeriksaan keabsahan data triangulasi dengan sumber berarti membandingkan dan
mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu
dan alat yang berbeda dalam metode kualitatif. Hal ini dapat dicapai dengan
jalan :
1.
Membandingkan
data hasil pengamatan dengan hasil data wawancara.
2.
Membandingkan
keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai pendapat dan pandangan orang.
3.
Membandingkan
hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan.
Model triangulasi yang dilaksanakan
untuk mendapatkan data yang benar-benar valid adalah dengan cara membandingkan
data atau masalah yang sama dengan berbagai sumber/informasi, teknik/metode dan
waktu yang berbeda.
H. Tahap-tahap
Penelitian
Tahap penelitian secara umum
terdiri atas tahap pralapangan, tahap pekerjaan lapangan, dan tahap analisa
data.[38]
1. Tahap
Pra-Lapangan
1) Menyusun
rancangan penelitian
2) Memilih
lapangan penelitian
Cara
terbaik yang perlu ditempuh dalam penentuan lapangan penelitian ialah dengan
jalan mempertimbangkan teori substantife dan dengan mempelajari serta mendalami
focus serta rumusan masalah penelitian, untuk itu pergilah dan jejakilah lapangan untuk melihat apakah
terdapat kesesuaian dengan kenyataan yang ada di lapangan.
Keterbatasan geografis dan praktis seperti
waktu, biaya, tenaga, perlu dipertimbangkan dalam penentuan lokasi penelitian.
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA
Budiningsih, C.
Asri. 2005.Belajar dan pembelajaran.Jakarta: Rineka Cipta.
Daulay, Haidar
Putra. 2006. Pendidikan Islam dalam Sistem Pendidiikan Nasional di Indonesia.
Jakarta: Kencana.
DePorter, Bobbi
dkk. 2010. Quantum Teaching: mempraktikkan Quantum Learning di Ruang-Ruang Kelas.
Bandung: PT Mizan Pustaka.
Kunandar.
2009. Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP) dan Sukses dalam Sertifikasi Guru. Jakarta: PT. Rajagrafindo
Persada.
Machmudah, Umi
dan Abdul Wahab Rosyidi, 2008. Active Learning dalam Pembelajaran Bahasa
Arab. Malang: UIN-Malang Press.
Majid, Abdul
dan Jusuf Mudzakir. 2006. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Kencana.
Majid, Abdul.
2008. Perencanaan Pembelajaran Mengembangkan Standar Kompetensi Guru.
Bandung:PT. Remaja Rosdakarya.
Moleong, Lexy.
J. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : PT. Remaja
Rosdakarya.
Muhaimin.Wacana
Pengembangan Pendidikan Islam. 2003. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Nasih, Ahmad
Munjin dan Lilik Nur Kholidah, Metode dan Teknik Pembelajaran Pendidikan
Agama Islam. Jakarta: Refika Aditama.
Prastowo,
Andi. 2010. Menguasai Teknik-Teknik Koleksi Data Penelitian Kualitatif.
Jogjakarta : Diva Press.
Soetjipto dan
Raflis Kosasi, 1999. Profesi Keguruan. Jakarta: Rineka Cipta.
Sudrajat,
Akhmad. Pengembangan Bahan Ajar. http://akhmadsudrajat.wordpress.com.
Sugiono. 2011.
Metodologi Penelitian Kuantitatif
Kualitatif Dan R&D.(Bandung: Alfabeta.
Sukandarrumidi.
2004. Metodologi Penelitian Petunjuk Praktis Untuk Pemula. Yogyakarta:
Gajah Mada University Press.
Sukmadinata,
Nana Syaodih. 2007. Metode Penelitian
Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
S, Nasution.
2006. Metode Research Penelitian Ilmiah. Jakarta: Bumi Aksara.
Tanzeh, Ahmad.
2009. Pengantar Metode Penelitian.
Yogyakarta : TERAS.
Wijaya, Cece
dan Tabrani Rusyan. Kemampuan Dasar Guru dalam Proses Belajar Mengajar.
Bandung: Remaja Rosdakarya Offset.
Yamin,H.
Martinis. 2008.Profesionalisasi Guru & Implementasi KTSP. Jakarta:
Gaung Persada Press.
Zulkarnaini.Pengembangan
Bahan Ajar. http://zulkarnainidiran.wordpress.com.
PENELITIAN DI
SAMPAIKAN UNTUK MEMENUHI TUGAS PENELITIAN SEMESTER III
OLEH : Wakhid Khambali
DOSEN : Drs. Ahmad Fauzi M.Ag.
[1]C.
Asri Budiningsih, Belajar dan pembelajaran (Jakarta: Rineka Cipta,
2005), hlm.1.
[2]Bobbi DePorter, dkk. Quantum Teaching:
mempraktikkan Quantum Learning di Ruang-Ruang Kelas (Bandung: PT Mizan
Pustaka,2010), hlm. 31.
[4]Soetjipto
dan Raflis Kosasi, Profesi Keguruan, (Jakarta: Rineka Cipta, 1999)
hlm.222.
[6]Ibid, hlm.28
[7]Umi
Machmudah dan Abdul Wahab Rosyidi, Active Learning dalam Pembelajaran Bahasa
Arab (Malang: UIN-Malang Press, 2008), hlm.10.
[8]Muhaimin,
Wacana Pengembangan Pendidikan Islam (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2003), hlm.209.
[10]Haidar
Putra Daulay, Pendidikan Islam dalam Sistem Pendidiikan Nasional di
Indonesia (Jakarta: Kencana, 2006), hlm.76.
[11]Kunandar,
Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan
Sukses dalam Sertifikasi Guru (Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada, 2009),
hlm. 45.
[12]H.
Martinis Yamin, Profesionalisasi Guru & Implementasi KTSP (Jakarta:
Gaung Persada Press, 2008), hlm. 14.
[13]
Abdul Majid dan Jusuf Mudzakir, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Kencana,
2006), hlm. 100.
[14]Cece
Wijaya dan Tabrani Rusyan. Kemampuan Dasar Guru dalam Proses Belajar
Mengajar (Bandung: Remaja Rosdakarya Offset), hlm. 23.
[15]Akhmad
Sudrajat, Pengembangan Bahan Ajar (http://akhmadsudrajat.wordpress.com,
diakses 10 Oktober 2012).
[16]Zulkarnaini,
Pengembangan Bahan Ajar (http://zulkarnainidiran.wordpress.com, diakses 10 Oktober 2012.
[17]Abdul
Majid, Perencanaan Pembelajaran Mengembangkan Standar Kompetensi Guru
(Bandung:PT. Remaja Rosdakarya, 2008), hlm. 173.
[18]Ahmad
Munjin Nasih dan Lilik Nur Kholidah, Metode dan Teknik Pembelajaran
Pendidikan Agama Islam ( Jakarta: Refika Aditama), hlm. 9.
[19]
Sumber: Bintek KTSP 2009, Pengembangan Bahan Ajar (http://bandono.web.id,
diakses 10 Oktober 2012).
[20]Akhmad
Sudrajat, Pengembangan Bahan Ajar (http://akhmadsudrajat.wordpress.com,
diakses 10Oktober 2012).
[21]Abdul
Majid, Perencanaan Pembelajaran Mengembangkan Standar Kompetensi Guru,........,
hlm. 174
[23]Lexy.
J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif. (Bandung : PT. Remaja
Rosdakarya, 2002), hal. 3
[24]Ahmad
Tanzeh, Pengantar Metode Penelitian. (Yogyakarta : TERAS, 2009), hlm.
100
[26]Nana
Syaodih Sukmadinata, M etode Penelitian Pendidikan (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2007), hlm. 75.
[27]Andi
Prastowo, Menguasai Teknik-Teknik Koleksi Data Penelitian Kualitatif.
(Jogjakarta : Diva Press, 2010), hal. 19
[28]Sukandarrumidi,
Metodologi Penelitian Petunjuk Praktis Untuk Pemula, (Yogyakarta: Gajah
Mada University Press, 2004), hlm. 44.
[29]Nasution
S, Metode Research Penelitian Ilmiah (Jakarta: Bumi Aksara, 2006), hlm.
143.
[31]Sugiono.
Metodologi Penelitian Kuantitatif
Kualitatif Dan R&D.(Bandung: Alfabeta.2011). hlm. 224.
[32]Lexy
J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif,…..,, hlm. 105.
[33]Andi
Prastowo, Menguasai Teknik-Tekbik…, hlm. 27
[34]Suharsimi
Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek,.........., hlm.
188.
[35]Sugiono.
Metodologi Penelitian Kuantitatif
Kualitatif Dan R&D,……., hlm. 240
[36]J.
Lexy Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif,…..,,, hlm. 103.
[38]Lexy.
J. Moleong. Metodologi Penelitian Kualitatif,….., hal. 127
0 komentar:
Posting Komentar